Halaman

Kamis, 31 Januari 2013

HASIL SIDANG KOMISI A

SIDANG KOMISI A

Sidang komisi A pada intinya membahas tentang struktur kepengurusan, kriteria calon ketua umum, konsolidasi organisasi, dan pengajuan calon ketua. Berikut Rancangan Materi Komisi A IPNU IPPNU ANAK CABANG KEDUNGBANTENG.

A. Struktur Kepengurusan
  1. Pelindung         : MWC NU Kedungbanteng
  2. Pembina          : Tokoh IPNU IPPNU ( masing-masing 3 orang )
  • Gus Nunung / Hj. Hidayaturrohmah
  • Maskat Jalaludin, S.Pd / Fauziyah S.Pd.I
  • Kyai Syaefudin Zuhri / Muhlisoh
  • Mantan Ketua Periode sebelumnya Rekan Kuta waluyo / Rekanita Eva Nurhidayah
    3. Pengurus Harian, mengacu pada PPOA terdiri dari :
  • Ketua, Wakil Ketua 1, dan wakil Ketua II
  • Sekretaris dan Wakil Sekretaris
  • Bendahara dan Wakil Bendahara
    4. Departemen-Departemen dan Lembaga
  • Departemen Pendidikan dan Pengkaderan
  • Departemen Dakwah dan Pengabdian Masyarakat
  • Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
  • Departemen Hubungan Masyarakat
  • Departemen Usaha dan Wiraswasta
  • Lembaga Corp. Barisan Pelajar dan Lembaga Korp Kepanduan Puteri
B. Kriteria Calon Ketua Umum dan Pengurus Harian
  1. Didukung oleh sekurang-kurangnya 4 ( empat ) PR / PK
  2. Sekurang-kurangnya aktif sebagai anggota IPNU IPPNU selama 2 tahun
  3. Umur setinggi-tingginya 25 tahun untuk IPNU dan 23 tahun untuk IPPNU
  4. Pendidikan serendah-rendahnya SMP atau sederajat
  5. Pernah menjadi pengurus PAC dan atau Pimpinan Ranting dan atau Pimpinan Komisariat
  6. Belum pernah menjadi Ketua Umum Anak Cabang
  7. Pernah mengikuti MAKESTA dan DIKLATAMA
  8. Berakhlak baik
  9. Berdedikasi tinggi dan loyal pada organisasi
  10. Status bebas ( tidak aktif dalam parpol )
  11. Umur belum mencapai 25 tahun pada saat konferensi/pemilihan ( untuk pengurus harian )
  12. Pengurus harian dan Koordinator Departemen  tidak boleh merangkap jabatan
C. Konsolidasi Organisasi
  1. Melengkapi kepengurusan PAC IPNU IPPNU Kecamatan Kedungbanteng
  2. Mengadakan Rapat Kerja Anak Cabang
  3. Mengadakan interaksi yang bersifat
  • Intern ( NU, Muslimat, GP. Ansor, Fatayat, IPNU-IPPNU )
  • Ekstern ( Pondok Pesantren, Lembaga Pendidikan, Organisasi lain dan Pemerintah )
    4.   Perlu mengadakan pendataan Pengurus PAC, PR/PK dan anggota IPNU-IPPNU se-Anak Cabang Kedungbanteng
    5.   Membuat Kartu Tanda Anggota

D. Nama Calon Ketua PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Kedungbanteng
  1. Rekan M. Happy Nur Tsani
  2. Rekan Ito Setiawan
  3. Rekan Tholabi
  4. Rekan Okta Susilo
  5. Rekan Maftup Basuki

  1. Rekanita Fathurrohmah
  2. Rekanita Imroatus Solikhah
  3. Rekanita Nia Rosmawati
  4. Rekanita Rahmah Fitrianingsih
  5. Nunik Subarkah
  6. Suci Nur Islamiyati

Ditetapkan di :  Kedungbanteng
Pada tanggal  : 12 Januari 2013
Pukul             :  22.35              

Rabu, 30 Januari 2013

SUSUNAN PAC IPNU KEDUNG BANTENG



SUSUNAN KEPENGURUSAN IPNU
ANAK CABANG KEDUNGBANTENG
MASA KHIDMAT 2013 - 2015




PELINDUNG                           : MWC NU KEDUNGBANTENG

PEMBINA                                :
  1. GUS NUNUNG
  2. REKAN MASKAT
  3. REKAN MUJAHID
  4. REKAN KUAT WALUYO
KETUA UMUM                       : REKAN MIFTAHUL HUDA ( BEJI I )

KETUA I                                  : REKAN ACH. MUTHORIF BAIT ( DAWUHAN WETAN )

KETUA II                                 : REKAN ITO SETIAWAN ( BEJI I )

SEKRETARIS I                        : REKAN RIYAN OKI SAPUTRA ( BEJI I)

SEKRETARIS II                       :REKAN FAISOL ( KARANG SALAM I )

BENDAHARA                          :REKAN HUFRON RIYADI ( KUTALIMAN )



DEPARTEMEN - DEPARTEMEN DAN LEMBAGA :

DEPT. PENDIDIKAN & PENGEMBANGAN KADER :
  1. REKAN M. ASNAWI ( DAWUHAN WETAN )
  2. REKAN USMAN ( DAWUHAN WETAN )
  3. REKAN MASYKURI ( KARANG SALAM II )
  4. REKAN MAHTUP BASUKI ( KEBOCORAN )
  5. REKAN IBNU MUBAROK ( BEJI I )

DEPT. DAKWAH & PENGABDIAN MASYARAKAT :
  1. REKAN GUS HASAN TOLABI ( DAWUHAN KULON )
  2. REKAN AGUNG ( KEBOCORAN )
  3. REKAN CEPRI TRIANGGORO / ASEP ( BEJI II )
  4. REKAN SUJUD ( DAWUHAN KULON )
  5. REKAN M. SAEFUDIN ( MELUNG )

DEPT. HUBUNGAN MASYARAKAT :
  1. REKAN ADITYA PUTRA PRATAMA ( BEJI II )
  2. REKAN AJI ( KEDUNGBANTENG )
  3. REKAN WAHYU ( KENITEN I )
  4. REKAN AFIF GANI ABDILLAH ( BEJI II )

LEMBAGA CORP. BRIGADE PEMBANGUNAN :
  1. REKAN SUGENG (KENITEN II )
  2. REKAN FEBRI (KEBOCORAN )
  3. REKAN SUGENG ( KARANGSALAM I )
  4. REKAN YADI ( KENITEN I )

DEPT. USAHA DAN DANA :
  1. REKAN SAHLAN ( MELUNG )
  2. REKAN AMIN (KALI KESUR )
  3. REKAN SOBRI (WINDUJAYA )
DEPT. MINAT BAKAT :
  1. REKAN ATFAL ( KENITEN I )
  2. REKAN IMAM HATIM ( KARANG NANGKA )
  3. REKAN ATIN ( KARANG SALAM II )
  4. REKAN HUSNI WARDOYO ( DAWUHAN WETAN )

HASIL RAPAT TIM FORMATUR DI RUMAH REKAN BAIT,.

KONFERANCAB KE XIV ANAK CABANG KEDUNG BANTENG

KONFERANCAB KE XIV

Pada tanggal 12 - 13 Januari 2013 Pimpinan Anak Cabang Kedung Banteng mengadakan konferensi yang ke-14 dimana masa kepengurusan IPNU IPPNU berakhir. Dimana kepengurusan pimpinan Rekan Kuat Waluyo & Rekanita Eva Nurhidayah di dimisioner. Kegiatan dimulai dari sore hari, dan dibuka langsung oleh Camat Kedung Banteng.

Kegiatan demi kegiatan dilakukan, saat menginjak pembacaan LPJ hujan pertanyaan. Banyak yang menanyakan kegiatan-kegiatan yang belum terealisasi, dan apa kendala yang dihadapi. Disamping itu ada pertanyaan yang diajukan oleh Rekan Tholab dari ranting Dawuhan Kulon, dimana Rekan Tholab menanyakan tentang kegiatan PRING TALI ( Paguyuban Ranting Cinta Silaturahmi ). Dia beranggapan kegiatan tersebut seperti dualisme di tubuh IPNU IPPNU Anak Cabang Kedung Banteng. Dan kegiatan tersebut tidak resmi atau ilegal. Debat sengit pun terjadi dimana perwakilan PAC yang menanggapi sekaligus Ketua dari kegiatan PRING TALI yaitu Rekan M. Happy nur Tsani.

Tapi akhirnya debat selesai setelah Rekan Happy selaku ketua dari PRING TALI sudah menyerahkan sepenuhnya kegiatan PRING TALI ke PAC untuk dikelola. Pas seminggu sebelum diadakannya KONFERANCAB.

Menginjak kegiatan selanjutnya sidang komisi, adapun sidang Komisi A, Komisi B, dan Komisi C. Sidang dipisah sesuai dengan Komisi. ( hasil sidang akan saya posting menyusul )
Setelah sidang tiap komisi selesai dikumpulkan lagi dalam satu ruangan, dan dibacakan hasil sidang tiap komisi. Malam semakin larut raut wajah bosan tersirat di wajah peserta konferensi, saat yang ditunggu-tunggu pun mulai dimana IPNU IPPNU pesta demokrasi. Tiap perwakilan mengajukan nama calon ketua yang mereka dukung, tapi sebelum itu ketua sidang membacakan tata tertib pemilihan ketua.

Ada 17 perwakilan dari perwakilan Ranting & komisariat, pengajuan calon pun dimulai dimana tahap pencalonan dimulai dari IPNU. Dimana waktu itu muncul beberapa kandidat ketua, tapi sesuai tata tertib tahap pencalonan yang lolos ketahap selanjutnya adalah yang didukung minimal oleh 4 Ranting. Waktu itu satu-satunya yang masuk ketahap selanjutnya adalah Rekan Happy, dimana Rekan Happy didukung oleh 9 Ranting mengungguli kandidat lain. Secara otomatis Rekan Happy dari Ranting Beji I menjadi Ketua Umum PAC periode 2013-2015. Tetapi yang bersangkutan telah meninggalkan area konferensi.

Dinamika pun terjadi ketika tahap pencalonan IPPNU dimana ada 2 kandidat yaitu Rekanita Fathurrohmah dari Ranting Karangsalam II dan Qurottul 'Aini S.Pd.I dari ranting Karangnangka. ketika dalam penyampain Visi Misi keduanya menyatakan ketidak sanggupannya. Debat pun tak terelakkan, tapi Ketua sidang tetap melanjutkan pemilihan ketua. Rekanita Fathurrohmah unggul jauh dari Rekanita Qurottul 'Aini S.Pd.I. Setelah penyampain hasil penghitungan suara Rekanita Fathurrohmah menyatakan ketidak sanggupannya lagi, tapi keputusan tetaplah di tangan peserta.

Stelah itu dibentuklah tim formatur untuk membatu ketua umun dalam melengkapi kepengurusan, dari IPNU yang masuk dalam tim formatur adalah Rekan Cepri Trianggoro (Asep) dari Ranting Beji II, Rekan Sugeng dari karangsalam I, Rekan Agung dari Ranting Kebocoran, dan Rekan Lutfi.
Dari IPPNU sendiri penulis lupa tidak mencatat mohon maaf.

Seminggu berselang ada surat dari PAC isi surat tersebut menyatakan bahwa Rekan Happy tidak sanggup memimpin Anak Cabang Kedung Banteng. Dan akan diadakan Konferensi Luar Biasa untuk memilih ketua, ada dua nama muncul menjadi calon ketua yaitu Rekan Miftahul Huda dan Rekan Ito setiawan mereka sama-sama dari ranting Beji I. Ketika pernyataan langsung dari Rekan Happy atas ketidak sanggupannya, lagi-lagi Rekan Tholab tidak puas atas alasan yang disampaikan oleh rekan Happy. karena Rekan Tholab beranggapan masalah pribadi jangan dibawa kedalam organisasi. "organisasi tidak akan maju lo masalah pribadi dibawa dalam organisasi",pungkas Rekan Tholab.

Penyampaian Visi Misi dilaksanakan sebelumnya ketua sidang mewakili peserta konferensi menanyakan kesanggupan dari calon ketua. Setelah selasai penyampaian Visi Misi , pemungutan suara dilakukan saat itu yang ikut dalam konferensi ada 12 Ranting. Tetapi karena ada kesalahan absensi jadi 13 Ranting. Ini pun sempat jadi masalah pada saat pemungutan suara. Setelah debat masaah itu usulan dari Rekan Yudi dari Keniten yg disetujui yaitu "apa bila selisih satu suara maka akan dilakukan pemungutan suara ulang".

Pada saat perhitungan suara Rekan Miftah mendapat 9 suara dan Rekan Ito 4 suara, jadi Rekan Miftah terpilih menjadi Ketua Umum Anak Cabang Kedung Banteng. Lalu dibentuk lagi tim formatur karena dalam peraturan tat tertib, ketika ketua terpilih mengundurkan diri secara otomatis tim formatur dibubarkan. Adapun yang terpilih menjadi tim formatur ialah Rekan Maftup Basuki ( Ranting Kebocoran ), Rekan Tholab ( Ranting Dawuhan Kulon ), Rekan Yudi ( Keniten ), Rekan Cepri Trianggoro / Asep ( Ranting Beji II ).

Smoga IPNU IPPNU kedepan akan lebih baik lagi, mari kita AMALKAN, AMANKAN, & LESTARIKAN AMALIYAH & AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH.

SUSUNAN PENGURUS IPPNU RANTING BEJI II



SUSUNAN PENGURUS IPPNU RANTING BEJI II
MASA KHIDMAT 2012 - 2014


PELINDUNG : MUSLIMAT NU

KETUA : REKANITA OKI SETIANI

WAKIL KETUA : REKANITA PUPUT ISDIANI

SEKRETARIS :
  1. REKANITA FITRIA SOLIKHAH
  2. REKANITA NONI
BENDAHARA :
  1. REKANITA DESI MARIATUN
  2. REKANITA DEIS HASANAH
DEPARTEMEN - DEPARTEMEN

DEPT. DAKWAH :
  1. REKANITA SEPTI MASTUROL H.
  2. REKANITA JIHADUL MUNAWAROH
DEPT. HUMAS :
  1. REKANITA SEPTI WULANDARI
  2. REKANITA WIWIN PURNAMASARI
DEPT. USAHA :
  1. REKANITA DANA
  2. REKANITA HASANAH
DEPT. PENDIDIKAN & PENGKADERAN :
  1. REKANITA PURI
  2. REKANITA DWI
DEPT.KESENIAN :
  1. REKANITA FESTINA
  2. REKANITA SULASTRI
DEPT. MINAT & BAKAT :
  1. REKANITA MAMIK SAFINGAH
  2. REKANITA PURWATI


SUSUNAN PENGURUS IPNU RANTING BEJI II



SUSUNAN PENGURUS IPNU RANTING BEJI II
MASA KHIDMAT 2012 - 2014

PELINDUNG : JAMIYAH NU

PEMBINA :
  1. REKAN TARYO
  2. REKAN HANIF
  3. REKAN SIRUN
  4. REKAN RUDI
  5. REKAN YULIAWAN
KETUA : REKAN BAYU HUTOMO

WAKIL KETUA : REKAN AFIF GHANI ABDILLAH

SEKRETARIS :
  1. REKAN KRISNU GILANG PAMUNGKAS
  2. REKAN SYAHRULLOH IMAM ROMADHON
BENDAHARA :
  1. REKAN ADITYA PUTRA PRATAM
  2. REKAN AMIN DAMAR H
DEPARTEMEN - DEPARTEMEN

DEPT. DAKWAH :
  1. REKAN CEPRI TRIANGGORO
  2. REKAN IYAN
DEPT. HUMAS :
  1. REKAN KHOLIKUL HUDAIBI
  2. REKAN HARIS WIBOWO
DEPT. USAHA :
  1. REKAN MUH. S. MUNIR
  2. REKAN YANUAR
DEPT. PENDIDIKAN & PENGKADERAN :
  1. REKAN AMRI
  2. REKAN MUGI
DEPT. MINAT BAKAT :
  1. REKAN NUR KHOLIK
  2. REKAN ZAENAL

HYMNE PELAJAR NU

HYMNE PELAJAR NU

Bersemilah-bersemila
Tunas-tunas NU
Tumbuhsubur-tumbuh subur
Di persada NU
Masa depan di tanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
Mekar indah-mekar indah
Kau harapan NU
Kita bangu-kita bangun
Jiwa besar NU
Nan bertaqwa nan berjiwa
Islam ahlussunnah wal jama'ah
Bersemilah-bersemilah
Tunas-tunas NU
Tumbuhsubur-tumbuh subur
Di persada NU
Hari depan mengharapkan
Darma bakti akan kita abdikan
Bersemilah-bersemilah
Tunas-tunas NU......

MARS IPNU IPPNU

MARS IPNU


Cipt: Drs. Shomuri


Wahai putra Indonesia
Siapkanlah barisanmu
Bertekad bulat bersatu
Di bawah kibaran panji IPNU
Ayo hai putra Islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam negara Indonesia
Tanah air yang kucinta
Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertakwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai putra Islam jaya
Tunaikanlah kewajibanmu yang mulia
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur


===================================================


MARS IPPNU



Sirnalah gelap terbitlah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Segala rintangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita
Di malam yang sepi
Di pagi yang terang
Hatiku teguh bagimu ikatan
Di malam yang hening
Di hati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri

ARTI LAMBANG IPPNU



Arti Lambang BENTUK DAN ISI1. Lambang organisasi berbentuk segitiga sama kaki dengan ukuran atas sama dengan tinggi.
2. Warna dasar hijau, dikelilingi garis warna kuning yang kedua tepinya diapit oleh warna putih.
3. Isi lambang.
4. Bintang sembilan, yang sebuah besar terletak diatas.
5. Empat buah menurun di sisi kiri dan empat buah lainnya menurun di sisi kanan dan berwarna kuning.
6. Dua kitab dan dua bulu angsa bersilang warna putih serta dua bunga melati putih di kedua ujung bawah lambang.
7. Tulisan IPPNU dengan lima titik di antaranya, tertulis di bawah bulu dan berwarna putih.
ARTI LAMBANG
1. Warna hijau : kebenaran, kesuburan serta dinamis.
2. Wama putih : kesucian kejernihan serta kebersihan.
3. Warna kuning : hikmah yang tinggi/ kejayaan.
4. Segitiga : Iman, Islam dan Ihsan.
5. Dua buah garis tepi mengapit warna kuning: dua kalimat syahadat
6. Sembilan bintang: keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan
7. Satu bintang besar paling atas: Nabi Muhammad SAW.
8. Empat bintang di sebelah kanan: empat sahabat Nabi (Abu Bakar as, Umar Ibn Khatab as, Usman Ibn Affan as, dan Ali Ibn Abi Thalib as).
9. Empat bintang disebelah kiri: empat madzhab yang diikuti (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali).
10. Dua kitab : Al-Qur’an dan Hadits
11. Dua bulu bersilang: aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir.
12. Dua bunga melati: perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama.
13. Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U. : rukun Islam

ARTI LAMBANG IPNU



LAMBANG IPNU
1)    Lambang organisasi berbentuk bulat
2)    Warna dasar hijau berlingkar kuning ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
3)    Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan titik diantaranya diapit oleh tiga garis lurus spendek (satu diantaranya lebih panjang pada bagian kanan dan kirinya semua berwarna putih).
4)    Dibawahnya terdapat
bintang sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segi tiga, semua berwarna kuning.
5)    Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa yang bersilangan berwarna putih.

Arti Lambang IPNU :
    Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna putih : suci.§
    Bentuk bulat : kontinuitas / terus-menerus / istiqomah§
    Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan§
    Enam garis / strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman§
    Bintang : ketinggian cita-cita§
    Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU§
─    5 bintang diatas : 1 bintang yang besar ditengah : Nabi Muhammad SAW sedangkan 4 bintang di kanan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
─    4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
    Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits§
    Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum.§
    Bintang bersudut 5 : Rukun Islam§

Peringatan Maulid, Wujud Cinta Rasul

Peringatan Maulid, Wujud Cinta Rasul

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan perwujudan daripada cinta kepada Rasulullah SAW. Menurutnya, peringatan maulid merupakan wujud cinta kepada siapa saja. Bisa cinta kiai, ulama, wali utamanya kepada Rasul. Ketika tertanam cinta, maka sirah (sejarahnya) akan dibaca berulang-ulang.

“Pembacaan maulid yang dilakukan berulang-ulang akan memperoleh pemahaman yang berbeda. Hari ini dan kemarin akan menemukan pemahaman berbeda. Akan bertambah pula pemahamannya,”
Begitu juga dengan kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cinta NKRI tidak hanya dilaksanakan pada 17 Agustus saja melainkan setiap setiap hari senin dan upacara kebangsaan yang lain cinta kepada bangsa selalu ditanamkan melalui pengibaran sang saka merah-putih. “Kalau kita tidak cinta pada NKRI untuk apa kita harus melakukan upacara bendera. Hormat kepada sang saka merah putih?”

Makna yang terkandung yakni kita mesti bercermin kepada merah-putih. Bahwa merah-putih adalah harga diri bangsa. Kehormatan bangsa.
“Jika kita mau bercermin kepada merah-putih semestinya kita malu menjadi bangsa. Koruptor tidak akan melakukan korupsi jika mau bercermin pada pendiri bangsa. Pada sang saka merah-putih,”
Dengan membaca maulid maka sekaligus akan menemukan menemukan kisah Isra’ Mi’roj, Nuzulul Qur’an, Hijrah dan akhlak beliau.

"Sapa yang cinta pada Nabinya pasti bahagia dalam hidupnya.
Baik bahagia dunia maupun akherat."
"Bagaimana mau dapat Syafa'at lo tak mau baca Sholawat"

Untuk itu IPNU IPPNU Ranting Beji II mengadakan Maulid Al Barjanji keliling mushola,dengan harapan akan timbul rasa cinta kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan mengamalkan, mengamankan, & melestarikan Amaliyah Ahlussunah Wal Jama'ah.

Pada kesempatan malam kemarin Ketua Umum Anak Cabang Kedung Banteng rekan Miftah, hadir memenuhi undangan dari ranting. Rekan Miftah berpesan agar kegiatan semacam ini terus ada walaupun bukan pada bulannya.

Sambutan dari Ketua Takmir Mushola Baitus Shomad yaitu Bapak Sarno yang juga sesepuh dari NU beliau berpesan, IPNU IPPNU harus bisa mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW dalam berorganisasi maupun bermasyarakat.

SEJARAH BERDIRINYA IPPNU

SEJARAH SINGKAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA’ (IPPNU)


IPPNU adalah salah satu Badan Otonom NU yang membidangi pelajar, santri dan remaja puteri NU. Dalam sejarahnya, kelahiran IPPNU di mulai saat wacana perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat di angkat pada kalangan NU, terutama muslimat, fatayat, GP anshor, IPNU dan banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU puteri pada kongres I IPNU pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955 yang di adakan di Malang Jawa Timur. Dimana selanjutnya disepakati bahwa peserta puteri yang hadir di Malang dinamakan IPNU puteri. Dalam suasana kongres, ternyata keberadaan IPNU puteri masih diperdebatkan dengan rencana semula menyatakan bahwa keberadaan IPNU puteri secara administratif menjadi salah satu departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil musyawarah dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putera. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, beberapa peserta puteri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni KH. Syukri Ghozali (PB. Ma’arif) dan Ny.Hj. Mahmudah Mawardi (PP. Muslimat), kemudian menghasilkan beberapa keputusan yakni :
  1. Pembentukan organisasi IPNU puteri secara organisatoris dan administratif terpisah dari IPNU
  2. Tanggal 2 maret 1955 M/8 Rojab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU puteri
  3. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selajutnya di tetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib
  4. PP. IPNU puteri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah
  5. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU puteri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU puteri menjadi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU)
Pada awalnya, sejak berdirinya IPPNU bernaung di bawah LP Ma’arif, namun sejak tahun 1966 melalui kongresnya di Surabaya, IPPNU berdiri sendiri sebagai salah satu Badan Otonom NU. Struktur kepengurusannya terdiri dari Pucuk Pimpinan di tingkat pusat, Pimpinan Wilayah di tingkat propinsi, Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota, pimpinan anak cabang di tingkat kecamatan dan Pimpinan Ranting di tingkat desa/kelurahan serta khusus untuk pondok pesantren, dan sekolah di namakan Komisariat.
Sejak tahun 1988 melalui kongresnya yang ke-9 di Jombang Jawa Timur (29-31 Januari 1988), kepanjangan IPPNU berganti menjadi Ikatan Puteri-Puteri Nahdlatul Ulama, karena harus menyesuaikan diri dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan, yang melarang adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS.
Namun setelah Orde Baru tumbang , di saat kebebasan berpendapat dan berekspresi bisa diperoleh dengan mudah, singkatan itu dikembaikan lagi seperti saat kelahirannya. Melalui kongresnya yang ke-13 di Surabaya pada tanggal 18-22 Juni 2003, kepanjangan IPPNU kembali seperti semula menjadi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama’.
Makna lambang :
  1. Warna hijau : kebenaran, kesuburan serta dinamis
  2. Warna putih: kesucian, kejernihan serta kebersihan.
  3. Warna kuning: hikmah yang tinggi/ kejayaan.
  4. Segitiga: Iman, Islam dan Ihsan.
  5. Dua buah garis tepi mengpit warna kuning: dua kalimat syahadat.
  6. Sembilan bintang: keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan.
    1. Satu bintang besar paling atas: Nabi Muhammad SAW.
    2. Empat bintang di sebelah kanan: empat sahabat Nabi (Abu Bakar  as, Umar Ibn Affn as dan Ali Ibn Abi Thalib as).
    3. Empat bintang di sebelah kiri: empat madzab yang diikuti (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali).
    4. Dua kitab: Al-Qur’an dan Hadits.
    5. Dua bulu bersilang: aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir.
    6. Dua bunga melati: perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama.
    7. Lima titik di antara tulisan I. P. P. N. U.: rukun Islam.
Para Ketua Umum PP IPPNU dari masa ke masa :
  1. Dra. Hj. Umroh Mahfudhoh T.Mansoer                      (1955 – 1956)
  2. Hj. Basyiroh Saimuri                                       (1956 – 1960)
  3. Hj. Mahmudah Nachrowi                                (1960 – 1963)
  4. Dra. Hj. Farida Purnomo                                  (1963 – 1966)
  5. Dra. Hj. Machsanah Asnawi                            (1966 – 1970)
  6. Dra. Hj. Ratu Ida Mawaddah Noor                  (1970 – 1976)
  7. Dra. Hj. Misnar Ma’’ru Bachtiar                                  (1976 – 1981)
  8. Dra. Hj. Titin Asiah Wahiduddin                     (1981 – 1988)
  9. drg. Hj. Ulfah Mashfufah                                (1988 – 1996)
  10. Dra. Hj. Safira Machrusah                               (1996 – 1999)
  11. Ratu Dian Hatifah                                            (1999 – 2003)
  12. Siti Soraya Devi                                               (2003 – 2006)
  13. Hj. Wafa Patria Umma, S.Pd.I                         (2006 – 2009)
  14. Margaret Aliyatul Maimunah                           (2009 – 2012)
  15. Farida Faricha                                                (2012 - 2015)

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA IPNU


SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA IPNU
1373 H. atau bertepatan dengan 1954 M. adalah babakan new era bagi perjalanan generasi muda NU yang tergabung dalam IPNU. Sebelum menggunakan nama IPNU, kegiatan mereka di berbagai tempat bermacam-macam. Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, diba’/ berjanji, dst. Kelompok pelajar seperti itu lebih banya ditemui di pesantran-pesantren dan di kampung-kampung. Sebagian lagi, kelompok muda NU mengadakan di Sekolah-Pesantren, Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi. Sekalipun tergolong masih kecil jumlahnya.
Pendirian IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses. Beberapa kegiatan yang telah disebut di atas. Sisi lainya adalah dengan melalui musyawarah yang intensif, antara para kyai pesantren, pengurus NU dan lembaga pendidikan Ma’arif NU. Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah kontribusi pemikiran aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus di Pesantren atau Sekolah.
Pilihan nama organisasi juga melalui proses. Bukti historis proses tersebut sebagai berikut: beberapa tahun sebelumnya terdapat keragaman nama bagi perkumpulan pelajar NU, seprti Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO (Persatuan Santri Nahdlotul Oelama) tahun 1945, Persatuan Murid NU tahun 1945 di Malang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun 1945 di Madura, ITNO (Ijtimatul Tholabah NO) tahuan 1946 di SUmbawa, PERPENO (Persatuan Pelajar NO) di Kediri 1953, IPINO (IKatan Pelajar NO) dan IPENO tahun 1954 di Medan, dll.
Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang saling mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri. Maka, maka dibutuhkan wadah yang sama dan satu induk. Satu hal yang sewarna dan sejalan adalah pijakan pada dasar keyakinan Islam Ahlusunnah Wal jama’ah. Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan (ukhwah) sesama umat Islam pemegang tradisi. Karena itu, IPNU merupakan induk dan satu-satunya organisasi NU yang menangani kaum muda NU tingkat pelajar NU, termasuk di Perguruan Tinggi. Ini juga yang membedakan dengan PMII, yang lahir pada tahun 1960 dari Departemen Perguruan Tinggi PP IPNU.
Tepat tanggal 24 Pebruari 1954 M. bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H. di Semarang, pada konferensi besar Ma’arif NU se-Indonesia menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai satu-satunya wadah berhimpun dan berkreasi Pelajar, Mahasiswa, Santri dan remaja baik di Pesantren, Madrasah/sekolah maupun Perguruan Tinggi. Gagasan ini dipelopori oleh Tolhah Mansur ( Fak. Hukum UGM ), fadlan AGN ( Fisipol UGM ) dari Jatim, Mustahal achmad Masyhud ( Solo ) Sufyan Kholil dan Abdul Ghoni Farida ( Semarang ) yang pada akhirnya dalam Konferensi tersebut Mohammad Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua ummnya. Gagasan tersebut muncul karena memendang perlunya penyatuan elemen gerak berbagai organisasi pelajar NU dalam satu wadah agar lebih solid. Sejak saat itu, upaya pengembangan cabang terus dilakukan hingga berdiri lima cabang yang dikenal dengan PANCA DAERAH ( Jombang, Solo, Kediri, Semarang dan Yogyakarta )
Menindaklanjuti ketetapan Konbes Ma’arif itu, para pengurus mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri. Di Surakarta tanggal 29 April – 1 Mei 1954. putusan-putusan penting pun dihasilkan; selain merumuskan tujuan, PD PRT, juga menetapkan Tolchah Mansur sebagai ketua umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan kota Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Mendapat pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke 20 di Surabaya, 9-14 September 1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan IPNU dihadapan peserta Muktamar NU.
Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan Muktamarnya (baca: Kongres) yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Ikut hadir dalam perhelatan Nasional itu adalah presiden RI Soekarno. Hal ini juga sekaligus pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi pemuda di Indonesia. IPNU pun mulai populer di tengah masyarakat Indonesia. Lebih-lebih, surat kabar dan radio memberitakan pidato Bung Karno pada Muktamar IPNU tersebut.
Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh pendiri IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan, seperti Mohammad Tolchah Mansur (mahasiswa UGM Yogyakarta), dan Ismail (mahasiswa IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta). Di daerah-daerah juga, para pengurus IPNU saat itu banyak yang dipegang oleh para mahasiswa, seperti Mahbub Djunaedi dan M. Sahal Makmun di Jakarta (mahasiswa UI). Beberapa kader IPNU lainya di Pesantren adalah Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur (Ketua Tanfidziyah PBNU 1984-1999) dan Ilyas Ru’yat dari Jawa Barat (Rais ‘Am 1994-1999).

Perjalanan IPNU dari masa ke masa
1. IPNU Pasca Kongres Jombang 1988
Perubahan zaman memang tidak bisa dihindari, tetapi dihadapi dan dilaksanakan , pernyataan itu, berlaku untuk siapa dan apa saja, termasuk juga organisasi IPNU. Tahun 1998, saat kongres ke-10 di jombang, IPNU harus menghadapi perubahan zaman. Hal ini cukup berdampak luas bagi keberadaan (eksistensi) IPNU ke depan. Perubahan ini, setidaknya bersumber awal dari UU nomor 8 tahun 1985 yang ‘membabi buta’ dalam penerapan aturan tentang keormasan di Indonesia. Azas dan Nama perubahan, karena tuntutan UU itu, seperti juga pada NU, tapi, hakekatnya tetap, seperti tujuan, sasaran kelompok dll.
Kependekan nama IPNU dari IKatan Pelajar Nahdlatul Ulama berubah menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Bahkan ketika itu, tidak saja perubahan kependekan ‘P’ termasuk dua huruf dilakangnya ( NU) juaga harus dihapuskan. Karena, hal itu dianggap sebagi bawahan ( underbouw) partai tertentu ( ingat, tahun 1950-an NU menjadi partai sendiri ). Syukur Alhamduliilah, pada kongres itu akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi IPNU, hanya ‘P’-nya saja berubah ; dari Pelajar menjadi Putra. Hal serupa juga, terjadi pada organisasi pelajar manapun, selain PII, Pelajar Islam Indonesia.
Dengan berubahnya kependekan “P”, berubah pula orientasi dan sasaran binaanya IPNU. Dari pelajar dan Mahasiswa sebagai sasaran utama, berubah untuk dapat membina juga remaja yang tidak sekolah. Dapat disebut, setelah kongres Jombang tahun 1988 hingga Kongres Garut tahun 1996 adalah masa Transisi yang bekepanjangan. Satu misal adalah tidak pernah sampainya pemahaman yang sama tentang orientasi bidang garap IPNU, berikut skala prioritasnya. Pada masa itulah terjadi tarik menarik antara kepentingan politik praktis (politisasi IPNU) dengan prioritas program untuk membenahai warga IPNU sector awal berdirinya IPNU; santri dan pelajar. Hal ini, ternyata berdampak pada proses pengkaderan yang pelan-pelan semakin hilang dari pesantren atau sekolah ma’arif NU.
IPNU kembali ke Khittah 1954: Deklarasi Makasar 2000
Melihat kenyataan IPNU yang masih dalam masa transisi diatas, maka dalam menyambut millennium ke III, tahun 2000 di Kongres IPNU ke 13 di Makasar, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama (common sense) secara kolektif. Seakan-akan ada hal yang baris telah kembali lagi, yakni sesuatu yang terasa hilang, yakni pada tahun 1988. sesuai deklarasi Makasar 2000 dan hasil Kongres 13, adalah bahwa IPNU kembali pada visi kepelajaran, lalu menumbuh-kembangkan IPNU pada basis perjuangan; Sekolah dan Pondok Pesantren, dan terakhir mengembalikan CBP (Corp Brigade Pembangunan) yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepecinta alaman. Semua itu dalam rangka mencapai tujuan IPNU, yaitu terbentuknya Pelajar-Pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak muli dan berwawasan kebangsaan, serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah waljamaah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Menegaskan Khittah 1954 pada Kongres XIV 2003 (Surabaya)
Deklarasi Makasar 2000 sebagai tonggak awal mengembalikan IPNU pada orentasi garapan ternyata belum mampu mengakhiri problematika tersebut. Pada Kongres IPNU ke 14 di Surabaya, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama. Kesadaran itu adalah untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderan IPNU, khususnya di Pesantren dan sekolah-sekolah. Artinya kongres telah mengembalikan IPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Secara popular, hal tersebut dikenal dengan nama Khittah 1954. dengan demikian, perlahan tapi pasti, IPNU berkesempatan untuk mengembalikan masa keemasan yang telah hilang, seperti 15 tahun yang lalu. Akan tetapi, kesadaran itu pun sebenarnya rentan, bahaya bila momen itu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU, lebih khusus lagi pesantren (baca: RMI) dan Ma’arif.
Karena itu IPNU, kini tengah memusatkan pikiran, sembari mengajak bergandeng tangan dan merapatkan barisan pada semua eleman NU, khususnya, untuk mengaktualisasikan kongres 2003 (khittah 1954), hingga benar-benar nyata hasilnya bagi keluarga besar NU. Sehingga, bahwa IPNU sebagai kader NU kawah candra dimuka atau garda terdepan dapat benar-benar menjadi kenyataan. Jangan sampai terjadi lagi, IPNU dijadikan sebagai lompatan politik praktis. Sebab IPNU diharapkan hanya dijadikan lompatan untuk menciptakan kader NU yang terbaik dan maslahat bagi bangsa Indonesia, pada umumnya. Hanya melalui pendirian komisariat – komisariat, gagasan IPNU tersebut dapat direalisasikan dengan benar dan tepat.
Tokoh – tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU adalah :
1. Rekan M. Tolhah Mansyur ( 1954 – 1960 )
2. Rekan Ismail Makki ( 1960 – 1963 )
3. Rekan Asnawi Latif ( 1960 – 1966 ; 1966 – 1970 )
4. Rekan Tosari Wijaya
5. Rekan Zainut Tauhid
6. Rekan Ahsin Zaidi
7. Rekan Hilmi Muhammadiyah ( 1996 – 2000 )
8. Rekan Abdullah Azwar Anas ( 2000 – 2003 )
9. Rekan Mujtahidurridho ( 2003 – 2006 )
10. Rekan Idi Muzayyad ( 2006 – 2009 )
11.Rekan Ahmad Syaoqi ( 2009 - 2012 )
12. Rekan Khairul Anam  ( 2012 - 2015)

SEJARAH BERDIRINYA NU


SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA NAHDLATUL ULAMA ( NU )

Sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari budaya yang telah mengakar pada urat nadi masyarakat Indonesia, sejarah panjang bangsa indonesia telah menunjukkan keberhasilan walisongo yang diutus oleh Sultan Muhammad I. Adalah sikap ahistoris menolak ide khilafah mengingat ditemukan sejumlah bukti sejarah yang terhubung sangat erat melalui peran Khilafah dengan sejarah lahirnya umat Islam di negeri ini. Terutama masuknya Islam di tanah Jawa tidak bisa dilepaskan peran Khilafah Utsmaniyah Sultan Muhammad I. Khalifah ini secara bergelombang mengutus dai-dai transnasional ke tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Tersebutlah Maulana Malik Ibrahim (pakar tata negara Turki), Syaikh Jumadil Kubro-Mesir (dimakamkan di komplek Trowulan), Syaikh Maulana Israil, Syaik Ahmad Subakir, Syaikh Samarkand (Asmarokondi), dsb. Dilanjutkan gelombang kedua yang dikenal dengan Wali Songo, diantaranya Sayyid Ja’far Shodiq Al Quds (Sunan Qudus/Ahli Militer) dan Syarif Hidayatullah. Tokoh-tokoh diatas tak dipungkiri lagi dalam komunitas Nahdliyin dikenal sebagai Waliyullah yang sangat dihormati. Dalam mengemban tugas da’wah Wali Songo mengunakan pendekatan-pendekatan yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Nusantara.

Penjajahan mengakibatkan keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat menjadi problemtika yang secara estafet berlangsung lama, hingga menggugah kesadaran semangat Jihad untuk bangkit. Kaum pelajar yang muncul dari pesantren juga tak lepas turut andil untuk menjadi bagian dari semangat kebangkitan ini, hingga muncullah Nahdlatul wathan yang dimotori oleh KH Wahab Hasbullah dan Kyai Raden Mas Mansur.




Sebelumnya Kyai Wahab juga telah mendirikan Sarekat Islam cabang mekkah ketika beliau sedang belajar disana, lantas terjadi perang dunia I pada tahun 1914 berpengaruh pada stabilitas organisasi tersebut. lantas KH Wahab pulang mendirikan Nahdlatul tujjar (kebangkitan kaum saudagar ). Pada tahun berikutnya 1918 beliau pindah ke surabaya mendirikan kelompok Taswirul Afkar/konseptualisasi pemikiran atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri.sebagai langkah konkrit dari taswirul afkar kemudian muncul madrasah Nahdlatul Wathan, madrasah Nahdlatul Wathan mempunyai cabang di beberapa kota hingga bermuncullan madrasah serupa dengan nama hidayatul wathan, far’ul Wathan. Istilah Wathan yang berarti “bangsa” yaitu tanah air bumi ini yang merupakan ciptaan Allah karena Nabi mengibaratkan Umat Islam dunia ibarat satu tubuh maka perlu dibuat institusi Islam yang menaungi semuanya yaitu Khilafah bukan hanya sejengkal tanah air Indonesia saja, merupakan pilihan nama sebagai salah satu bukti jiwa Ukhuwah Islamnya yang timbul pada saat itu.


Respon Tokoh Pendiri NU Atas Keruntuhan Daulah Khilafah Utsmaniyah
Pada Februari 1924, pemerintahan Sekuler Mustafa Kemal (seperti Soekarno yang berfaham sekuler) Republik Turki menghapuskan jabatan Khalifah (khilafah). Hal ini memberikan dorongan kepada pembicaraan tentang teori politik Islam dan upaya-upaya untuk membangun institusi-institusi pan-Islami yang baru (Latar Belakang berdirinya Nu adalah menegakan kembali Khilafah Islamiyah). Para penguasa Daulah Utsmaniyah di Istanbul sudah sejak abad ke-19 menyandang gelar sultan dan khalifah; gelar khalifah menunjukkan klaim mereka sebagai pengganti Nabi dan karena itu merupakan kewenangan tertinggi atas seluruh dunia muslim.

Pada akhirnya kekuasaan berhembus ke Mekkah, walaupun seacara De facto tidak seperti sesungguhya kekuasan Daulah-daulah sebelumnya, namun letak kawasan ini ditunjang dengan keberadaan aktivitas haji yang di langsungkan di tempat tersebut, memberikan dampak yang terasa pada kaum muslim di Negara-negara lain, hingga pada akhirnya Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Salafy di Mekkah (padahal rezim Arab Saudi dulunya memberontak kepada Khilafah Utsmaniyah dengan bantuan Inggris pada Perang Dunia I, maka wajar jika sampai sekarang aliran Salafy menolak Khilafah karena sudah tenteram dengan konsep nasionalisme-nya. Maka sebuah keniscayaan gerakan Islam yang menyuarakan Khilafah seperti Hizbut Tahrir dilarang di Arab Saudi karena sudah tenteram dengan konsep negaranya yang bertentangan dengan cita-cita nabi dan para sahabat yaitu Daulah Khilafah Islamiyah bukan nasionalisme Arab Saudi. Dan hingga detik inipun rezim Saudi begitu mesra menjalin kerjasama dengan Inggris dan Amerika dan memberikan tanah mereka untuk dijadikan pangkalan militer AS dan sekutu untuk membunuh jutaan Muslim Iraq dan Afghanistan. Selain itu, aliran Salafy bukannya membantu jihad ke Afghan malah menghujat mujahidin Afghan dengan sebutan Khawarij dan menghujat Osama bin Laden dengan sebutan yang tak pantas. Maka banyak pemuda Arab Saudi yang masih waras otaknya berhijrah membela muslim Palestina, Afghanistan, dll yang dibantai oleh salibis yang dekat dengan pemerintahan mereka yaitu rezim Saudi), hal ini mendapat tanggapan keras dari kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, kalangan pesantren di Indonesia khususnya menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban yang direncanakan oleh raja Saud.

Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah bersama Syekh Ahmad Ghonaim (mesir) dan Kyai Asnawi (kudus) dengan dukungan penggalangan dana dari H Hasan Gipo dan H Burhan utusan Komite Hejaz akhirnya diberangkatkan.
 
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab.
Nahdlatul Ulama
Setelah Komite Hijez menjalankan tugasnya, maka muncullah inisiatif terhadap pembentukan organisasi yang meneruskan konsep dan pikiran-pikiran kalangan pesantren pada saat itu, hingga akhirnya terbentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Dalam rapat para pengagas yang dilaksanakan di kertopaten Surabaya muncullah nama organisasi (Nahdltul Ulama) yang sampai hari ini kita kenal, nama tersebut pertama di usulkan oleh KH Mas Alwi bin Abdul Azis yang istilah tersebut pernah disampaikan oleh Kyai Abdul Hamid pimpinan pesantren Sedayu gresik, menurut Gus Dur istilah tersebut mendapat inspirasi dari Maqolah Syekh Ibn Atho’illah Al isskndari dalam kitab Syarah Hikam :
لاتصحب من لم ينهضك حاله ولا يدلك على الله مقاله
Jangan engkau jadikan teman orang yang tingkah dan perkataannya tidak membangkitkan dan menunjukkan terhadap ALLAH.
Nahdlatul Ulama di pimpin oleh Rais Akbar pertama Yaitu KH Hasyim Asyari serta ketua Tanfidz pada saat itu H Hasan Gipo, organisasi ini juga didukung oleh ulama-ulama pada saat itu diantaranya Kyai Ahyat (kebondalem), Kyai Mas Alwi Bin Abdul Aziz, Kyai Wahab Hasbullah, Kyai Mas Nawawi (pasuruan) Kyai Bisri syamsuri, Kyai Abdullah Faqih maskumambang (Gresik), Kyai Asnawi (kudus), Kyai Dahlan Abdul kohar (mojokerto), Kyai Raden Muntoha (madura), serta sederet nama Kyai yang tidak tersebut.


  

Selanjutnya untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
NU dan Perjuangan Bangsa.
Perjalanan bangsa Indonesia seiring dengan terjadinya penjajahan memberikan ruang yang jelas terhadap bukti dan komitmen kebangsaan terhadap para pejuang dan mujahid-mujahid bangsa. NU yang diisi oleh putra-putra bangsa dari kalangan pesantren juga tak kalah telah memberikan sumbangsih yang besar pada perjuangan mempertahankan tanah air, walaupun tak tercatat secara jelas di buku-buku sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, para kyai dan generasi dari kalangan pesantren ini telah mampu membuktikan jiwa jihadnya, kita tengok saja diantaranya ketika muktamar NU tahun 1935 di Banjarmasin menghasilkan consensus terhadap kewajiban membela tanah air meskipun dibawah kekuasaan pemerintah hindia belanda, karena para ulama berpendapat meski saat itu Indonesia berada dibawah kekuasaan hindia belanda, namun masyarakat muslim menjadi sebuah komunitas yang harus dilindungi meskipun berada pada entitas Negara tidak berasas islam (Menggunakan hukum kafir hingga sekarang).


Pada tahun 1937 Kyai wahab, Kyai dahlan (kebon dalem) dan Kyai Mas Mansur serta beberpa tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama mempelopori pembentukan majelis Islam A’la yang menuntut Indonesia untuk berparlemen. Seiring dengan pembentukan majelis Islam A’la, nahdlatul ulama juga mendirikan badan waqaf yang menangani harta Waqaf untuk mengurusi kepentingan social Nahdlatul ulama, atas prakarsa ketua Tanfidz PBNU Kyai Mahfud Sidiq pada saat itu juga dibentuk badan-badan koperasi yag disebut syirkah mu’awanah yang tersebar pada cabang NU pada saat pemerintahan Hindia Belanda . Pada Muktamar ke 13 di Menes (Banten) NU membentuk lembaga pendidikan Ma’arif yang diketuai oleh Kyai Wahid Hasyim.
  

 
Pada saat penjajahan jepang, Para tokoh-tokoh NU juga memberikapan sikap yang jelas terhadap penyimpangan-penyimpangan kebijakan pemerintah jepang diantaranya ketika pemberlakuan kebijakan membungkukan badan 90 derajat pada kaisar jepang tenoheka yang dianggap sebagai manefistasi keturunan dewa matahari, Kyai Hasyim Menolak keras kebijakan tersebut hingga beliau dan beberapa Ulama NU yang lain ditangkap kemudian dijebloskan kedalam penjara di mojokerto kemudian di pindah Kepenjara Bubutan Surabaya selama Kurang lebih selama 6 bulan, Pada saat dipenjara, Kyai Hasyim juga mendapatka perlakuan keras dari jepang hingga pernah tangan beliau yang kiri di pukul hingga memar hancur tidak bisa digerakkan, Reaksi keras kemudian datang dari para ulama, berkat jasa Kyai Wahab dan Kyai Wahid Hasyim akhirnya Kyai Hasyim dibebaskan, setelah Kyai Hasyim keluar dari penjara, beberapa kali pemerintah Jepang menawarkan jabatan kepada beliau, Namun beliau menolak tawaran Tersebut.

Pada Perang 10 November di Surabaya, Bung Tomo juga mendapatkan Inspirasi dan dukungan penuh dari tokoh-tokoh NU, karena sebelumnya tepatnya pada tanggal 21-22 Oktober, Kyai dan Ulama Se jawa dan Madura Bekumpul di bubutan Surabaya yang menghasilkan fatwa Jihad, dari resolusi jihad yang ditanda tangani Kyai hasyim ini muncullah mujahid-mujahid yang berasal dari santri yang tergabung dalam laskar-laskar pembela kemerdekaan diantaranya Laskar Hizbullah pimpinan kyai Zainul Arifin,Laskar Sabilillah pimpinan kyai maskur , dan lascar Condromowo Kyai munasir Ali (mojokerto). Dari Markas besar Oelama yang terletak di daerah Waru Sidoarjo para ulama melakukan konsolidasi dan menyaipkan logistic perang, Hasilnya pada tanggal 10 November belanda dan sekutunya tidak mampu menguasai tanah air khususnya Surabaya, meskipun para ulama dan tokoh pesantren yang menjadi inspirasi semangat dan gigihnya perjuangan pada 10 november tidak tertuliskan dalam sejarah, namun jiwa jihadnya yang mereka miliki telah membuktikan bahwa NU dan bangsa Indonesia mempunyai pengalaman sejarah yang nyata, resolusi jihad yang dikeluarakan oleh NU adalah fatwa jihad pertama yang berlaku pada Negara yang tidak berasaskan Islam (non Islam/Kafir). Selanjutnya peran para tokoh NU juga bisa kita lihat pada penumpasan Gerakan 30 SPKI, dan juga pembelaan terhadap tanah air melalui gerakan-gerakan fisik dan pemikiran.

Pesantren dan karya ulama

Pondok pesantren panji buduran sidoarjo didirikan tahun 1850, dipesantren ini para ulama NU menggali ilmu, diantranya Kyai HasyimAsyari, Kyai Bisri Samsuri, Kyai Umar (jember), Kyai Samsul arifin (asembagus), Syaikhona Kholil (Bangkalan,Madura).

Syaikhona Kholil yang merupakan guru dari bebrapa Ulama khususnya dijawa telah mengantarkan para ulama meneruskan silsilah keilmuan yang dikembangkan lewat pesantren-pesantren, beberapa kitab-kitab yang menjadi literatur pesantren adalah kitab yang berskala international, hingga tak jarang banyak alumni pesantren yang meneruskan pendidikan ditimur tengah dapat beradaptasi dengan cepat, selain itu karya-karya ulama juga banyak yang menjadi literatur dan dikenal dinegara lain diantaranya : Kitab Sirajut Tholibin Syarah Minhajul abidin (al-Ghozali) Yang dikarang oleh kyai Ihsan Jampes (kediri) menjadi litertur diperguruan tinggi Al-Azhar Mesir , Syek Nawawi yang berkarya dalam Tafsir An-nur, Kyai Mahfudz (Tremas) yang kitabnnya tentang Mustolah Hadis juga menjadi literature Di Al-azhar Mesir,

Itulah sejarah singkat Nahdlatul Ulama yang mengalami sejarah panjang bersama bangsa Indonesia.