Halaman

Kamis, 21 Februari 2013

Perbedaan pemuda muslim dahulu dan sekarang ?

Perbedaan pemuda muslim dahulu dan sekarang ?

 Tahukah Kamu?

Pemuda dahulu
  1. Suka membaca dan  banyak karya karya yang dihasilakan
  2. hafal Al quran dan kitab kitab besar
  3. mengikuti majelis majelis pengajian
  4. bagaimana saya bisa membantu/ menolong dia
  5. suka shalawatan

Pemuda sekarang
  1. suka mendengarkan musik musik
  2. hafal nama judul lagu, penyanyi, sampai liriknya (alhamdulillah saya tidak)
  3. mengikuti konser konser, dangdutan
  4. bagaimana saya bisa mengambil keuntungan dari dia
  5. ada sebagian yang membidahkan dan mendosakan shalawatan (tidak semua, cuma diki…t aja)
ini dulu aja, sebenarnya nulis ini karena liat di tv anak muda sangant hafal lagu2(pas acara kuis lagu2) wuih rasanya kayak hebat banget bisa menjawab semuanya lancar lagi…Masya Allah

Rabu, 20 Februari 2013

KISAH SIFAT KEIBUAN POHON APEL

KISAH SIFAT KEIBUAN POHON APEL

Alkisah, pada zaman dahulu kala hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Dia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, dan tiduran di bawah rindang dedaunannya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap hari.

Pada suatu hari dia mendatangi pohon apel itu. Wajahnya tampak sedih, karena telah lama ditinggalkan temannya.
“Marilah kemari bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab remaja itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tetapi aku tidak punya uang untuk membelinya!”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tidak punya uang. Tetapi kamu boleh mengambil semua buahku dan menjualnya. Kamu bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu!”
Anak lelaki itu sangat senang. Dia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tersebut tidak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Pada suatu hari anak itu datang lagi. Dia semakin dewasa. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi!” kata pohon apel
“Aku tidak punya waktu. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kamu menolongku?” pinta laki-laki itu.

“Duh, maaf aku pun tidak memiliki rumah. Tetapi kamu boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel itu.
Kemudian laki-laki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tetapi anak lelaki itu tidak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat senang dan menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi denganku!” pinta pohon apel itu.
“Aku sedang sedih,” kata laki-laki itu.
“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kamu memberiku sebuah kapal?” tambahnya.

“Duh, maaf aku tidak punya kapal, tetapi kamu boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kamu mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah!” Kemudian, laki-laki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Dia lalu pergi berlayar dan tidak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, laki-laki itu datang lagi setelah beberapa tahun kemudian.
“Maaf nak! “ kata pohon apel itu.

“Aku sudah tidak memiliki buah apel lagi untukmu,” tambahnya.
“Tidak apa-apa. Aku pun sudah tidak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu!” jawab laki-laki itu.
“Aku juga tidak memiliki batang dan dahan yang bisa kamu panjat!” kata pohon apel.
“Sekarang, aku juga sudah terlalu tua untuk memanjat,” jawab laki-laki itu.
“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan tidak produktif lagi!” kata pohon apel itu sedih.
“Aku tidak memerlukan apa-apa lagi sekarang!” kata laki-laki itu

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu,” katanya.
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kamu akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat? Kemarilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang!” pinta buah apel itu dengan tenang.
Laki-laki itu kini berbaring di pelukan akar-akar pohon apel itu. Karena terlalu gembira, maka ia tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Tahukah Anda siapakah pohon apel tersebut? Pohon apel itu adalah kedua orang tua kita yang rela berkorban sepenuh jiwa dan raga demi anaknya. Mereka memberikan segala yang mereka miliki, sekalipun Anda mungkin jarang memberikan sesuatu kepada mereka, bahkan untuk menemaninya pun Anda sudah tidak punya waktu lagi. Tetapi, dengan kasih sayangnya yang tulus, mereka tetap memberikan Anda sesuatu, di kala mereka sudah tidak memiliki apa-apa, walau hanya berupa ketenangan untuk bersemayam di liang kubur.

Sedekah Seluruh Tubuh

Sedekah Seluruh Tubuh

Imam Ja’far Al-Shadiq as berkata, “Sedekah itu wajib dilakukan setiap anggota tubuhmu, untuk setiap helai rambutmu, dan untuk setiap saat dalam hidupmu.

“Sedekahnya mata berarti memandang dengan penuh pertimbangan dan memalingkan penglihatan dari nafsu dan hal-hal serupa itu.

 “Sedekahnya telinga adalah mendengarkan suara-suara yang baik, seperti ucapan-ucapan bijak, ayat-ayat Al-Quran, dan keutamaan agama yang terkandung dalam ceramah dan khutbah. Sedekahnya telinga juga berarti menghindari dusta, kepalsuan, dan perkataan-perkataan sejenis.

“Sedekahnya lidah adalah memberikan nasihat yang baik, membangunkan mereka yang lalai, memuji orang lain, dan mengingatkan mereka.

“Sedekahnya tangan berarti menginfakkan harta kepada orang lain, bermurah hati dengan karunia Tuhan kepadamu, memakai jemarimu untuk menuliskan pengetahuan yang berguna bagi orang lain dalam ketaatan kepada Tuhan, dan juga berarti menahan tanganmu dari berbuat dosa.

“Sedekahnya kaki berarti bergegas mengunjungi orang-orang saleh, menghadiri majlis-majlis ilmu, mendamaikan orang, menyambungkan silaturahmi, melaksanakan jihad, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menentramkan hatimu dan memperkuat imanmu….”

Kisah Burung Elang

Kisah Burung Elang

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang.

Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan – suatuproses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.

Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang barusudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!



Sahabat, Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatanuntuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.Karena Anda adalah elang-elang itu.

Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah!

Tawa Menuju Tuhan

Tawa Menuju Tuhan

Al kisah setelah kehilangan keledainya, Mulla lalu mengangkat kedua tangannya, ia bersyukur kepada Tuhan. “Tuhan aku bersyukur kepada-Mu, aku telah kehilangan keledaiku.”
Seorang yang melihat dan mendengar doa Mulla bertanya, “Kamu kehilangan keledaimu, dan kamu bersyukur kepada Tuhan?”
“Aku bersyukur kepada-Nya atas kebijakan-Nya yang mentakdirkan bahwa aku tidak menunggangi keledai waktu itu. Kalau tidak, sekarang aku tentu hilang juga.”

Anda boleh tersenyum ataupun tidak, melihat keluguan Mulla ini. Keluguan Mulla  adalah ciri lain dari keikhlasannya. Tidak hanya Mulla atau guru sufi lainnya tapi seperti begitulah cara kaum sufi menempatkan dirinya sebagai makhluk Tuhan.

Dalam sebuah kesempatan kajian  tasawuf positif seorang teman berucap sembari bergurau  “Hanya ada satu hal yang membedakan antara masyarakat manusia dengan komunitas primata – kera atau gorilla – ”, Apa itu ? humor. Humor adalah ciri khas yang ada pada masyarakat manusia. Di belahan dunia ini kita bisa cari dimana atau apa ada yang bisa membuktikan bahwa pada primata (kelompok kera atau gorilla) ada humor, yang kita saksikan hanyalah keseriusan. Masyarakat gorilla adalah masyarakat tanpa canda dan tawa. Kalau anda masih bisa tertawa anda masih manusia? Bagaimana kalau anda yang sering ditertawakan ? Nah, lanjut kawan saya , sama juga yang membedakan masyarakat awam dengan kaum sufi – kalau sufi dianggap sebagai kelompok minoritas ditengah mayoritas Muslim awam -  juga adanya humor, yakni humor sufi.

Melalui humor kaum sufi bercerita tentang kisah-kisah yang tidak saja bisa mentertawakan diri sendiri tapi malah mampu mentertawakan seluruh kehidupan ini.
Buat kaum sufi kehidupan ini adalah sejenis senda gurau, gurauan yang tidak saja memberitahukan akan makna-makna kegenitan duniawi tapi juga berisi kejenakaan dan kesadaran diri yang ingin menyatu dengan-Nya.

Cerita sufi kadang-kadang menggelitik bahkan cenderung “nakal” tetapi kisah-kisahnya mengajarkan banyak kearifan. Kearifan memang tidak harus disampaikan dengan kening berkerut, tapi bisa juga disampaikan melalui cerita jenaka. Kejenakaan humor sufi tidak hanya dipenuhi dengan teori-teori kearifan (hikmah) teoritis, tetapi humor sufi lebih banyak mengajarkan kearifan praktis yang muncul pada sebagian besar kisah-kisah  sufi yang amat masyhur. 

Selasa, 19 Februari 2013

Turun naik dan mundar mandir perjalanan 'salik'

Turun naik dan mundar mandir perjalanan 'salik'....

     Sudah lumrah dunia...........ad turun naik dan pasang surutnya.......

     Dalam jalan salik, mesti ada ranjau dan duri.......setelah melalui duri barulah dapat wangian bunga rosnya........dalam perjalanan salik...........tidak ada istilah putus asa..............putus asa itu..........adalah ciptaan Iblis supaya kita mengalah pada kehendaknya..............
     Jadi.............pasakkanlah niat yang jitu..................matikanlah dirimu yakni egomu..................fokuslah pada Dia semata......................mintak lah apa sahaja.....................buang bala'.................buang perangai Mazmumah..........................masukkan perangai Mahmudah......................kerna ketahuilah...................wahai kawan salik....................adalah lumrah salik...................turun naik.............sesat dan bertemu kebenaran.........


   Maka...............teruskan mengayuh.................dan jangan putus asa................akan rahmat Pencipta-mu......

Senin, 18 Februari 2013

Apa yang diharapkan dalam Kubur?

Apa yang diharapkan dalam Kubur?

 

Barang Siapa yang Memanjakan Egonya tak akan melangkah jauh

Barang Siapa yang Memanjakan Egonya tak akan melangkah jauh






Mawlana Syaikh Nazim Adil Al Qubrusi Al Haqqani diambil dari Mercy Oceans Pink Pearl
Tanya: Dapatkah perkembangan spiritual terjadi dengan tiba-tiba atau mestikah berjalan lambat laun dalam periode yang lama?

Syaikh: Sepanjang kita menunggangi keledai atau keledai kita yang masih menunggangi kita, bagaimana mungkin kita berbicara tentang tiba di satu tempat tujuan dalam sekejap mata? Bila kita punya roket, maka kita mungkin saja tiba dengan amat cepat.

Tanya: Dapatkah perkembangan spiritual dari para Sufi bagaikan keju Swiss-tak konsisten, penuh lubang?

Syaikh: Itu bukan perkembangan namanya. Perkembangan itu sifatnya konsisten. Ada semacam pemeriksaan yang dilaksanakan untuk meyakinkan konsistensi sebuah perkembangan, dan kriteria yang dipakai untuk pemeriksaan tersebut adalah Hukum Illahi (Syari’ah). Dapatkah kamu memelihara dirimu untuk tetap mengikuti syari’ah selama 40 hari? Dengan ini, kami tak bermaksud untuk megharapkan kalian untuk melakukan segalanya menurut syari’ah; tidak, karena hal itu tak mungkin. Cakupan dari Syari’ah itu begitu luasnya, laksana samudera; kalian hanya memegang beberapa saja yang kalian jumpai dalam perjalanan hidupmu. Selagi kalian melewati perjalan hidup kalian, hendaknya kalian mencoba untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya dalam tindakan maupun pemikiran. Sebagai contoh, ada banyak kendaraan menuju Munich, tapi kalian hanya bertanggug jawab atas yang kau kendarai saja, dan tidak atas yang lainnya.

Ya, untuk menjalankan syari’ah selama 40 hari mungkin akan meliputi tindakan-tindakan yang tak dianjurkan ataupun dilarang oleh syari’ah, hal demikian itu disebut Mubah. Itu artinya adalah untuk membiarkan keledai atau kudamu merumput, membiarkan egomu mendapatkan bagiannya, boleh-boleh saja. Bila kita bepergian kita tak selalu harus berada di jalan, sesekali kita harus berhenti untuk mengisi bahan bakar. Hal itu boleh-boleh saja, dan bahkan perlu: kita biarkan kuda kita merumput, supaya kelak kita bisa mengendarainya, tidak untuk alasan lain. Bila kita membiarkannya merumput maka kita akan dapat menungganginya dan sebaliknya bila kita tak membiarkannya merumput akan menjadi terlalu sulit untuk ditunggangi, akan membawa kesulitan begi kita dan menolak untuk bergerak. Jadi, duduk-duduk dengan keluarga kita, dan sejenisnya boleh-boleh saja, namun setiap kegiatan ada saatnya, harus ada keseimbangan dalam hidup kita. Sebagai contoh, kamu sebagai dokter pergi ke kantormu jam 9.00 pagi dan berada di sana hingga jam 5.00 sore dan selama itu adalah tidak benar untuk bersantai-santai dengan keluargamu, karena saat itu adalah milik pasien-pasienmu. Ada saatnya bagi hal-hal yang Mubah namun ada pula saatnya untuk tetap pada tarikat. Bila seseorang selalu memanjakan egonya, maka dia tidak akan maju-maju.

Tak semua orang dapat menjalankan syari’ah selama 40 hari dan mencapai maqam spiritual tertentu sebagai hasilnya, dan yang mengetahui siapa yang mampu melakukannya ada pada Syaykh. Syaykh membimbing para pengikutnya melewati latihan selama 40 hari dibawah perintah Rasul, dan hanya dengan kewenangan semacam itulah yang akan membawa para pencari untuk sampai ke tujuannya. Bila tidak, latihan 40 hari tersebut akan terlewatkan dengan penuh derita. Sebagai contoh, bila ada sejenis anjing yang amat buas dan mempunyai ekor yang keriting. Jenis anjing lainnya mungkin jinak, namun yang ini selalu galak. Beberapa orang berfikir bahwa kesalahannya terletak pada ekornya, lalu mencoba menjepitnya untuk meluruskannya. Selama 40 hari, anjing itu berkeliaran dengan ekor terjepit lurus bergerak-gerak di belakangnya. Lalu segera setelah jepitannya dilepas, ekornya kembali keriting seperti semula dan anjing itu tetap segalak sebelumnya.

Sekarang kamu (salah satu pengikut) baru saja terlompat untuk mengatakan sesuatu pada orang di luar sana. Hal tersebut menyebabkan menurunnya tingkatan spiritual dari pembicaraan ini, laksana pesawat yang menabrak kantung udara. Bahkan memalingkan kepala kalian pun selama ceramah ini dilarang olah syari’ah, karena hal tersebut akan mengganggu konsentrasi Syaykh dan para pendengar yang lain dalam rangka pemindahan ‘kebangkitan spiritual’ (fudayat). Bila kita tak mampu memelihara diri kita selama 20 menit saja, bagaimana mungkin kita dapat melakukannya selama 40 hari?

Suatu ketika Grandsyaykh kami berkata kepada para pengikutnya; ‘Bila saja kalian dapat berkhidmat pada syari’ah selama dua menit saja, maka saya akan dapat membawa kalian ke kuburan dan memperlihatkan pada kalian keadaan orang yang terbaring di kubur, -apakah mereka menderita atau bahagia.’ Lalu seorang pengikutnya duduk dan berusaha untuk khusyu’ selama dua menit. Tanpa sengaja, dia membalik sebuah sendok untuk mengalihkan perhatiannya dari pengaruh tawaran dan tantangan Syaykh tersebut. Grandsyaykh itu lalu berkata: ‘Apa manfaat perbuatanmu itu? Tindakanmu itu tak ada faedahnya, dan menurut Syari’ah kamu harus mengindari perbuatan yang tak bermanfaat bila kamu ingin mengalami kemajuan.’

Wa min Allah at Tawfiq

Musuh Sejatimu Adalah Egomu



Musuh Sejatimu Adalah Egomu


Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
Lefke, Maret 2006
Bismilahhirohmanirrohim
Hari ini kita akan bericara tentang persaudaraan & persahabatan, hal yang lebih penting dalam Islam. Saya berbicara Pada kalian dari Grand-syeikh saya, Syaikh Abdullah Faiz Daghestani, sebagaimana dulu beliau berkata dan sebagaimana sekarang saya mendengarnya dalam hati saya. Jika ada orang yang berlaku jahat padamu dan engkau marah padanya dan berkata bukankah saya berhak marah pada orang yang telah berlaku buruk pada saya. Bagaimanakah saya harus bersikap? Jika saya memukul seseorang, dia akan balas memukul.
Karena itu janganlah kalian bersikap buruk pada orang lain. Berusahalah memerangi egomu, karena jika tidak ada seorangpun yang kau perlakukan dengan buruk, tak ada seorangpun yang berlaku buruk padamu.

Kejelekan dan keburukan itu sendiri membawa keburukan padamu. Sisi baikmu membawa kebaikan pada dirimu. Jangan berkata : dia memukulku atau dia tidak menghormatiku. Jika engkau tidak menghormati orang lain engkau tidak akan pernah mendapat penghormatan dari orang lain. Engkau tidak berhak. Syeikh berkata kita harus mengetahui bahwa hal -hal baik dan kejadian yang buruk berasal dari fikiran kita, dan Fikiran kita menentukan tindakan tindakan kita. Hal yang baik dari diri seseorang sesungguhnya berasal dari Allah swt.

Nabi besar SAW berkata ; kalian harus berjalan lurus dengan langkah yang benar, niscaya engkau tidak akan pernah melewati jalan yang buruk. Jangan takut!. Berjalanlah seperti kereta tanpa merasa takut berjalan sepanjang rel. Tetaplah berjalan di rel kereta dengan langkah lurus yang benar. Jika engkau melakukannya engkau tidak akan menemukan sesuatu yang menjadi musuhmu. Tetapi toh jika engkau kehilangan kontrol, tetaplah lihat rambu-rambunya. Kontrol terhadap ego musti harus ada.

Jika engkau melewati jalan yang lurus, tetapi engkau mendapat cambukan dari Allah, yang dengannya engkau tidak merasa puas tidak sesuai dengan keinginan, janganlah berputus asa. Cambukan Allah adalah untuk membuatmu tetap di jalan yang benar. Kehendaknya bukanlah seperti keinginanmu. Allah swt hanyalah menginginkan engkau sampai pada jalan yg benar.

Saya percaya , bahwa pelajaran ini berisi sesuatu untuk setiap orang di seluruh dunia ini dan membuat kedamaian , jika ia merenungkannya. Dan keberhasilan itu berasal dari ALLAH. Bi hurmati habib, Fatihah

Wa min Allah at Tawfiq

Kamis, 14 Februari 2013

Menyikapi Hari Valentine

Menyikapi Hari Valentine
Hari Valentine (Valentine Day) yang jatuh setiap tanggal 14 Februari memiliki sejarah panjang yang erat berhubungan dengan masyarakat nasrani. Kata ‘Valentine’ sendiri diambil dari seorang pendeta ‘pelayan tuhan’ yang bernama Santo Valentine. Ia-lah orang yang berani menolak kebijakan Kaisar Romawi Claudius melarang pernikahan dan pertunangan.
Pelarangan ini berawal dari kesulitan pemerintahan Romawi merekrut pemuda dan para pria sebagai pasukan perang. Padahal pada masa itu, pemerintahan dalam keadaan perang dan sangat membutuhkan tenaga sebagai prajurit. Sang Kaisar menganggap kesulitan ini berasal dari keengganan mereka meninggalkan kekasih, istri dan keluarganya.  Oleh karenanya, Sang Kaisar mengeluarkan peraturan yang melarang pernikahan, karena pernikahan dianggap sebagai salah satu penghambat perkembangan politik Romawi. Peraturan ini kemudian ditolak oleh santo Valentine sehingga ia dihukum mati pada tanggal 14 Februari 270 M.

Hari inilah yang diabadikan oleh gereja sebagai hari Valentine dan dijadikan momentum simbolik pengungkapan kasih sayang oleh masyarakat nasrani. Hanya saja, kemajuan teknologi informasi mampu meruntuhkan tembok pemisah ruang dan waktu. Hingga berbagai budaya itu dianggap milik bersama. Maka banyak sekali kaum muslim yang ikut memeriahkan hari Valentine dengan berbagai tradisinya dan banyak pula kaum nasrani yang ikut memeriahkan hari raya. Bahkan mereka saling memberikan ucapan selamat.
Baiknya, bagi kaum muslimin (khususnya yang sering berinteraksi dengan kaum nasrani) harus berhati-hati karena bisa saja terjatuh dalam kekufuran apabila dia salah meletakkan niat (maksud hatinya). Karena dalam Bughyatul Musytarsyidin dengan jelas diterangkan bahwa:

1) Apabila seorang muslim yang mempergunakan perhiasan/asesoris seperti yang digunakan kaum kafir dan terbersit dihatinya kekaguman pada agama mereka dan timbul rasa ingin meniru (gaya) mereka, maka muslim tersebut bisa dianggap kufur. Apalagi jikalau muslim itu sengaja menemani mereka ke tempat peribadatannya. 2) Apabila dalam hati muslim itu ada keinginan untuk meniru model perayaan mereka, tanpa disertai kekaguman atas agama mereka, hal itu terbilang sebagai dosa. 3) Dan apabila muslim itu meniru gaya mereka tanpa ada maksud apa-apa maka hukumnya makruh.

(مسألة ي) حاصل ما ذكره العلماء فى التزيي بزي الكفار أنه إما أن يتزيا بزيهم ميلا إلى دينهم وقاصدا التشبه بهم فى شعائر الكفر أو يمشي معهم إلى متعبداتهم فيكفر بذالك فيهما وإما أن لايقصد كذلك بل يقصد التشبه بهم فى شعائر العيد أو التوصل إلى معاملة جائزة معهم فيأثم وإما أن يتفق له من غير قصد فيكره كشد الرداء فى الصلاة   

Namun jika diperhatikan, fenomena sekarang tidaklah demikian. Kebanyakan kaum muda yang merayakan valentine dengan berbagai macam tradisinya itu sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Bahkan jarang sekali dari mereka yang mengerti hubungan valentine dengan agama nasrani.

Yang berlaku sekarang dalam valentine (yang telah mentradisi di kalangan kaum muda juga para santri) menjurus kepada kemaksiatan yang dapat dihukumi haram. Misalkan merayakan valentine dengan mengutarakan rasa sayang di tempat yang sepi dan hanya berduaan. Atau merayakan valentine bersama-sama yang menggannggu ketertiban umum. Apalagi merayakannya dengan pestapora yang me-mubadzirkan harta. Sungguh semua itu diharamkan dalam ajaran Islam. Karena segala hal yang bisa dianggap menyebabkan terjadinya makshiayat hukumnya seperti maksyiatan itu sendiri. Demikian dalam Is’adurrafiq

ومنها الإعانة على المعصية أي على معصية من معاصي الله بقبول أو فعل أوغيره ثم إن كانت المعصية كبيرة كانت الإعانة عليها

Selasa, 12 Februari 2013

NU dan Teori Tiga Komunitas

NU dan Teori Tiga Komunitas
Pertanyaan penting yang sering berseliweran di kepala sebagian besar generasi muda NU kini, termasuk saya, adalah apakah 20 tahun lagi NU masih ada di Indonesia? Apakah NU masih relevan bagi masa depan Indonesia? Jangan-jangan NU akan tinggal jadi catatan buku sejarah saja.

Dengan latar belakang riset dan marketing, saya mencoba mencoba menganalisa masa depan NU. NU adalah sebuah komunitas besar dimana orang-orang di dalamnya merasa mendapatkan manfaat dari komunitas yang dia ikuti, kalau tidak yang dia akan meninggalkan komunitas itu.
Jumlah orang NU di Indonesia berdasarkan klaim atau survei di kisaran 47% dari total penduduk Indonesia, angka ini didapat berdasarkan ritual-ritual yang mereka lakukan. Jadi kalau orang itu masih tahlilan, haul, ziarah kubur maka mereka digolongkan sebagai orang NU.

Kalau dilihat sebagai jamiyah mungkin jumlah itu benar, tapi kalo di anggap jama’ah bisa jadi angka itu terlalu berlebihan. Bisa jadi mereka memang melakukan ritual-ritual NU, tapi begitu tanya apakah mereka mengidentikkan dengan NU? bisa iya bisa tidak.

NU dalam teori kekinian mungkin bisa juga disebut sebagai komunitas. Sebagai komunitas mestinya setiap orang yang merasa bagian dari komunitas NU harus memiliki purpose (tujuan), values (nilai-nilai), dan Identity (identitas) yang menunjukkan diri sebagai orang NU.

Lihatlah sekarang, banyaknya majelis-majelis habib di kota-kota besar malah justru semakin menjauhkan orang NU dari NU-nya sendiri. Mereka sudah nyaman mengikuti berbagai acara majelis-majelis itu toh dari praktek ubudiah tidak ada bedanya dengan NU. Yang lebih mengharukan adalah banyaknya keturunan NU yang bergerak di bidang professional yang tidak tersentuh dan perlahan tapi pasti sudah mulai tercerabut ke-NU-annya.

Berbicara tentang komunitas, menurut Susan Fournier, Profesor Marketing dari Boston University, ada tiga jenis kemunitas. Pertama, Pools, komunitas ini disatukan oleh shared values yang sama, atau bahasa gampangnya komunitas yang memiliki ideologi yang sama, secara demografi dan geografi kemunitas ini agak longgar dan cair. Dalam konteks partai, PDIP adalah salah satu partai dengan tipe ini, karena mereka disatukan oleh ideologi marhaenisme yang di ajarkan Bung Karno

Kedua, Web, komunitas ini disatukan oleh jejaring yang kuat, hubungan antar komunitas juga terjalin antar anggota ini cukup erat. Partai yang cocok dengan tipe komunitas ini adalah Golkar, partai ini secara organisasi dan jejajaring cocok dengan tipe komunitas ini.

Ketiga, Hub, komunitas ini disatukan oleh tokoh idola/panutan, karisma dari sang tokoh membuat orang-orang berbondong ikut dan masuk dalam komunitas ini. Partai Demokrat sangat cocok dengan tipe komunitas ini, SBY adalah sentral segalanya bagi demokrat, daya tarik SBY membuat orang-orang berbondong-bondong memilih demokrat pada pemili 2009 lalu.

Lalu bagaimana dengan NU bila di kaitkan dengan 3 tipe komunitas ini, dengan melihat kesejarahan NU maka dengan mudah kita bisa menempatkan NU sebelum era Gus Dur adalah NU dengan tipe Pool, saat itu memang faktor ketokohan memang terasa, tapi persaingan dengan Muhammadiah membuat NU sangat kental dengan ideologi Aswaja nya untuk membedakan dirinya dengan Muhammadiah.

Era Gus Dur, adalah NU dengan tipe komunitas Hub. Gus Dur Jaman itu ibarat jimat bagi NU, ketokohan Gus Dur sangat di segani dan mampu mengangkat derajat NU dalam puncak keemasan. Gus Dur mampu menjadi lawan tunggal Soeharto saat itu. Gus Dur juga menjadi magnet bagi orang-orang yang sebelumnya belum mengenal NU untuk ikut dan masuk menjadi bagian NU.

Nah, NU pasca Gus Dur semestinya adalah komunitas dengan tipe Web, kenapa demikian? Saya ingat betul bagaimana Pak Hasyim Muazadi sebagai ketua PBNU saat itu mengatakan bahwa dia ingin memperkuat organisasi dan cabang NU. Begitu juga dengan Pak Said Aqil Sirodj, salah satu program utamanya adalah kembali ke pesantren, penguatan pesantren sebagai basis masa dan jejaring ulama terbesar didunia harus lebih utamakan.

Pertanyaannya adalah apakah setiap komunitas harus memilih satu diantara tiga tipe komunitas ini? Jawabnya tidak, untuk sukses biasanya satu komunitas paling tidak punya dua tipe yang kuat dan ada satu yang dominan. Tipe komunitas hubs biasanya dipilih sebagai awal untuk membentuk komunitas, karena dengan adanya tokoh idola yang kuat maka eskalasi untuk mendapatkan “masa” komunitas akan cepat tercapai. Namun titik lemahnya komunitas yang terlalu mengandalkan pada karisma ketokohan secara jangka panjang tidak baik, begitu tokohnya hilang maka komunitas itu akan goyang dan lambat laun akan memudar.
Komunitas yang sudah mapan biasanya tipe komunitas yang dominan adalah tipe web, dimana komunitas ini sudah memiliki jejaring yang tersebar luas dan infrastruktur yang kuat. Namun tipe ini juga cenderung mulai rigit dan kaku dimana anggota komunitasnya harus memiliki komitmen yang kuat untuk membesarkan komunitas.

Komunitas pools adalah komunitas tertutup dengan basis ideologi kuat, tapi kelemahanya komunitas model ini biasanya tidak bisa besar karena rekrutmen anggota komunitas yang sangat ketat. Dilain pihak banyak kalangan berpendapat bahwa dengan adanya dunia semakin horizontal, meminjam judul buku Friedman, The World is Flat, sekat-sekat ideologi telah hilang dan dipandang sudah tidak relevan dalam konteks kekinian. Ideologi telah mati.

Kita kembali membahas NU sekarang, sebagai ormas dengan basis masa besar sekaligus memiliki spektrum yang luas segera berbenah diri menghadapi perubahan paradigma dan perilaku sosial jamaahnya.
Rasanya tidak mungkin NU kembali ke tipe komunitas hubs murni, orang sekaliber Gus Dur tidak mungkin terlahir kembali dalam rentang waktu 100 tahun lagi. Karena itu saya menawarkan kepada NU seharusnya memilih kombinasi tiga kombinasi komunitas tersebut dengan driver utamanya adalah tipe komunitas web kemudian di ikuti oleh pools dan hubs.

Penguatan jejaring baik yang di struktural dan kultural NU harus di perkuat, idealnya di kotomi struktural dan kultural harus di hilangkan. NU harus merangkul semua spektrum orang-orang NU di semua bidang dan pemikiran, orang NU bisa berkarya dimana saja tapi harus selalu terkoneksi dengan NU, NU harus berani membuka diri terhadap terhadap semua kelompok profesi terutama untuk wilayah perkotaan, sehingga jejaring NU akan tersebar dimanapun.

Selain itu komunitas web menuntut militansi dari anggota kadernya, karena itu penguatan kader NU merupkan keharusan selain itu demi efektifitas komando, NU juga harus mencoba menggunakan sistem organisasi yang efektif.

Penguatan Ideologis sangat penting, Aswaja harus tetap diperkuat untuk membentengi NU dari gelombang pemikiran baru islam yang datang belakangan yang penuh kebencian dan purifikasi. Yang perlu diingat penguatan ideologi ini harus bersifat ofensif. NU harus lebih sering mengkomunikasikan pandangan-pandanganya yang moderat itu tapi tentu saja harus dengan bahasa kekinian.

Hubs masih diperlukan terutama untuk wilayah pedesaan, para romo kyai di berbagai pesantren masih bisa menjadi perekat jamaah NU di pedesaan. Para kyai bisa menjadi hubs kecil di wilayahnya masing-masing dan NU harus mampu memfasilitasi konektifitas diantara hubs-hubs kecil ini.

Selain itu yang penting NU harus mampu mengelola komunitasnya. Komunitas itu seperti kita memegang pasir, kalo kita terlalu erat memegang pasir maka pasir yang kita pegang akan buyar, begitu juga kalo kita terlalu longgar memegang pasirnya maka pasir yang kita pegang juga sedikit. Karena diperlukan cara yang pas dan tepat untuk memegang komunitas tersebut.

Sumber NU online

Senin, 11 Februari 2013

KHITTAH NU

KHITTAH NU



Kata khittah berasal dari akar kata khaththa, yang bermakna menulis dan merencanakan. Kata khiththah kemudian bermakna garis dan thariqah (jalan)”.
Kata khiththah ini sangat dikenal kalangan masyarakat Nahdliyin, terutama sejak tahun 1984. Pada tahun 1984 itu, NU menyelenggarakan Muktamar ke-27 di Situbondo. Muktamarin berhasil memformulasikan garis-garis perjuangan NU yang sudah lama ada ke dalam formulasi yang disebut sebagai “Khittah NU”. Sekarang, kata ini telah umum dipakai, tidak sebatas komunitas NU. Penggunaan maknanya mengacu pada prinsip, dasar ataupun pokok.
Sebagai formulasi yang kemudian menjadi rumusan “Khittah NU”, maka tahun 1984 bukan tahun kelahirannya. Kelahiran khittah NU sebagai garis, nilai-nilai, dan jalan perjuangan, ada bersamaan dengan tradisi dan nilai-nilai di pesantren dan masyarakat NU. Keberadaannya jauh sebelum tahun 1984, bahkan juga sebelum NU berdiri sekalipun dalam bentuk tradisi turun temurun dan melekat secara oral dan akhlak.


Selain penggunaan kata “Khittah NU”, kadang-kadang juga digunakan kata “Khittah 26”. Kata “khittah 26” ini merujuk pada garis, nilai-nilai, dan model perjuangan NU yang dipondasikan pada tahun 1926 ketika NU didirikan. Pondasi perjuangan NU tahun 1926 adalah sebagai gerakan sosial-keagamaan.


Hanya saja, garis perjuangan sosial keagamaan ini, mengalami perubahan ketika NU bergerak di bidang politik praktis.


Pengalaman NU ke dalam politik praktis, terjadi ketika NU menjadi partai politik sendiri sejak 1952. Setelah itu NU melebur ke dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan) sejak 5 Januari 1973. Ketika NU menjadi partai politik, banyak kritik yang muncul dari kalangan NU sendiri, yang salah satunya menyebutkan bahwa “elit-elit politik” dianggap tidak banyak mengurus umat. Kritik-kritik ini berujung pada perjuangan dan perlunya kembali kepada khittah.


Perjuangan kembali pada khittah sudah diusahakan sejak akhir tahun 1950-an. Contohnya, pada Muktamar NU ke-22 di Jakarta tanggal 13-18 Desember 1959, seorang wakil cabang NU Mojokerto bernama KH Achyat Chalimi telah menyuarakannya. KH. Achyat mengingatkan peranan partai politik NU telah hilang, diganti perorangan, hingga partai sebagi alat sudah kehilangan kekuatannya. Kiai Achyat mengusulkan agar NU kembali ke khittah pada tahun 1926. Hanya saja, usul itu tidak diterima sebagai keputusan muktamar.


Kelompok "pro jam`iyah" pada tahun 1960 menggunakan warta berkala Syuriyah untuk menyuarakan perlunya NU kembali ke khittah. Gagasan agar NU kembali ke khittah juga disuarakan kembali pada Muktamar NU ke-23 tahun 1962 di Solo. Akan tetapi gagasan tersebut banyak ditentang oleh muktamirin yang memenangkan NU sebagai partai politik.
Pada Muktamar NU ke-25 di Surabaya tahun 1971, gagasan mengembalikan NU ke khittah muncul kembali dalam khutbah iftitâh Rais Am, KH. Abdul Wahab Hasbullah. Saat itu Mbah Wahab mengajak muktamirin untuk kembali ke Khittah NU 1926 sebagai gerakan sosial-keagamaan. Akan tetapi kehendak muktamirin, lagi-lagi, tetap mempertahankan NU sebagai partai politik.


Gagasan kembali ke khittah semakin mendapat tempat pada Muktamar NU ke-26 di Semarang (5-11 Juni 1979). Meski Muktamirin masih mempertahankan posisi NU sebagai bagian dari partai politik (di dalam PPP), tetapi muktamirin menyetujui program yang bertujuan menghayati makna dan seruan kembali ke khittah 26.


Di Semarang ini pula tulisan KH. Achmad Shidiq tentang Khittah Nahdliyah telah dibaca aktivis-aktivis NU dan ikut mempopulerkan kata khittah.


Gagasan kembali ke Khittah NU semakin nyata setelah Munas Alim Ulama di Kaliurang tahun 1981 dan di Situbondo tahun 1983. Pada Munas Alim Ulama di Situbono itu bahkan dibentuk “Komisi Pemulihan Khittah NU”. Komisi ini dipimpin KH Chamid Widjaya, sekretaris HM Said Budairi, dan wakil sekretaris H. Anwar Nurris.


Komisi ini berhasil menyepakati “Deklarasi Hubungan Islam dan Pancasila,” kedudukan ulama di dalamnya, hubungan NU dan politik, dan makna Khittah NU 1926. Hasil-hasil dari Munas Alim Ulama ini kemudian ditetapkan sebagi hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo tahun 1984 setelah melalui diskusi dan perdebatan yang intens. Muktamar NU di Situbondo inilah yang berhasil memformulasikan rumusan Khittah NU.


Formulasi rumusan Khittah NU di Situbondo ini sangat monumental karena menegaskan kembalinya NU sebagai jam`iyah diniyah-ijtima`iyah. Rumusan ini mencakup pengertian Khittah NU, dasar-dasar paham keagamaan NU, sikap kemasyarakatan NU, perilaku yang dibentuk oleh dasar-dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan NU, ihtiar-ihtiar yang dilakukan NU, fungsi ulama di dalam jam`iyah, dan hubungan NU dengan bangsa.


Dalam formulasi itu, ditegaskan pula bahwa jam`iyah secara orgnistoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatn manapun. Sementara dalam paham keagamaan, NU menegaskan sebagai penganut Ahlussunnah Waljama`ah dengan mendasarkan pahamnya pada sumber Al-Qur’an, sunnah, ijma’ dan qiyas. Dalam menafsirkan sumber-sumber itu, NU menganut pendekatan madzhab dengan mengikuti madzhab Ahlussunnah Waljama`ah (Aswaja) di bidang akidah, fiqih dan tasawuf.


Di bidang akidah, NU mengikuti dan mengakui paham Aswaja yang dipelopori Imam Abu Hasan al-Asy`ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Di bidang fiqih NU mengakui madzhab empat sebagai paham Aswaja yang masih bertahan sampai saat ini.


Di bidang tasawuf NU mengikuti imam al-Ghazali, Junaid al-Baghdadi, dan imam-imam lain. Dalam penerapan nilai-nilai Aswaja, Khittah NU menjelaskan bahwa paham keagamana NU bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik dan sudah ada. NU dengan tegas menyebutkan tidak bermaksud menghapus nilai-nilai tersebut. Dari sini aspek lokalitas NU sangat jelas dan ditekankan.


Dalam sikap kemasyarakatan, Khittah NU menjelaskan 4 prinsip Aswaja: tawasut (sikap tengah) dan i’tidal (berbuat adil), tasamuh (toleran terhadap perbedaan pandangan), tawazun (seimbang dalam berkhidmat kepada Tuhan, masyarakat, dan sesama umat manusia), dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan).


Fungsi ulama juga ditegaskan kembali oleh Khittah NU sebagai rantai pembawa paham Islam Ahlussunnah Waljama`ah. Ulama dalam posisi itu ditempatkan sebagai pengelola, pengawas, dan pembimbing utama jalannya organisasi. Fungsi ulama ini tidak dimaksudkan sebagai penghalang kreativitas, tetapi justru sebaliknya: untuk mengawal kreativitas.


Dalam hubungannya dengan kreativitas itu, Khittah NU menyebutkan bahwa jam`iyah NU harus: siap menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa kemaslahatan; menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat; menjunjung tinggi kebersamaan masyarakat; menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan para ahlinya.


Khittah NU juga menegaskan aspek penting kaitannya dengan bangsa. Dalam soal ini, setiap warga NU diminta menjadi warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 45. Sebagai bagian dari umat Islam Indonesia, masyarakat NU diminta senantiasa berusaha memegang teguh prinsip persaudaraan, tasamuh, kebersamaan dan hidup berdampingan. Ini disadari karena Indonesia dan umat Islam Indonesia sendiri sangat majemuk.


Tampak sekali cita-cita Khittah NU yang diformulasikan tahun 1984 itu begitu luhur. Juga  tampak Khittah NU menegaskan posisinya sebagai gerakan sosial keagamaan yang akan mengurus masalah-masalah umat. Hanya saja, dalam praktik, tarikan politik praktis selalu menjadi dinamika yang mempengaruhi eksistensi jam`iyah NU. Di titik-titik demikian, Khittah NU selalu menghadapi kenyataan krisis, pertarungan internal, dan sekaligus dinamis di tengah kebangsaan dan dunia global.

Sumber NU online

Dimanfaatkan Elit Politik

Dimanfaatkan Elit Politik

Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

NU organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, bukan organisasi politik.
SURABAYA, Jaringnews.com

"Pengurus NU lebih baik lebih berkonsentrasi pada kerja sosial, dakwah, pendidikan dan pemberdayaan politik warga NU dari pada ngurusi Pilgub,"

Muktamar NU ke-27 di Situbondo, mengharuskan NU kembali ke Khittah 26. Yakni sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, bukan organisasi politik.Karena itu, pengurus NU di semua tingkatan dari wilayah hingga ranting agar tetap konsisten dengan Khittah 26 NU tersebut.

"Kami mengajak seluruh warga NU untuk tidak mudah terprovokasi dan dijadikan alat legitimasi oleh elit-elit (pengurus) NU,"
Cita-cita NU ketika kembali ke khittah yang diputuskan pada Muktamar NU tahun 1984 di Situbondo, yaitu: Menjujung tinggi nilai-nilai dan norma ajaran Islam; Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi; Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah dan berjuang; Menjujung tinggi persaudaraan, persatuan, dan kasih mengasihi; Meluhurkan kemuliaan moral, dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berfikir dan bertindak; Menjujung tinggi kesetiaan kepada agama, bangsa, dan negara; Menjunjung tinggi nilai amal kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah; Menjujung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli akhiratnya; Selalu siap menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia; Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat; Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara (dikutip dari PBNU, Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama ke-27 Situbondo: Nahdlatul Ulama Kembali ke Khittah Perjuangan 1926 (Semarang: Sumber Barokah, t.t., hlm. 102-103).

Sebagai perkumpulan para alim ulama, kyai, dan santri yang berakar di
kalangan - terutama - strata arus bawah, NU yang merupakan pengamal dan
sekaligus pembela paham Ahl Sunnah wal Jamaah, selama ini telah menumbuhkan
masyarakat yang bercirikan sikap-sikap tertentu seperti diajarkan oleh para
kyai dan ulama mereka. Ciri khas sikap-sikap NU itu antara lain: Tawassuth
dan I'tidal, Tasamuh, Tawazun, dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
 
Tawassuth dan I'tidal merupakan sikap tengah yang berintikan prinsip hidup
menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan
bersama, dan menghindari segala bentuk pendekatan tatharruf (ekstrem).
Tasamuh adalah sikap toleran terhadap pandangan dalam masalah keagamaan,
terutama yang bersifat furu (insidentil). Tawazun merupakan sikap seimbang
dalam berkhidmah kepada Allah SWT, sesama amnusia, dan lingkungan hidup.
Sedang Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah sikap untuk selalu memiliki kepekaan
untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
bersama dan mencegah segala yang merendahkan nilai-nilai kehidupan.
Khitta-khittah itulah yang menjaadi ciri khas NU sebagai aset nasional di
tengah pluralisme dan kemajemukan masyarakat Indonesia. Peranan NU lebih
penting lagi, dengan ditandai kehadiran lembaga pesantren dan kyai. Pada
masa perjuangan fisik, keduanya terbukti mempunyai peranan yang amat strategis
dalam perjuangan bangsa menuju kemerdekaan.
 
Kini, perjuangan fisik seperti masa silam telah berlalu. Organisasi sebagai
alat perjuangan moral dapat dikelola dengan baik, sehingga gagasan-gagasan
yang timbul dapat disumbangkan kepada bangsa dan negara. Kontribusi nasional
NU terhadap pendidikan agama di negeri ini tak dapat dinilai kecil, sebab NU
sendiri seperti pernah dikatakan tokoh NU almarhum KH As'ad Syamsul Arifin,
merupakan pesantren besar dan pesantren merupakan NU kecil.

Jadi marilah generasi muda IPNU IPPNU yang kembali lagi dengan KHITTAH 26, dan tujuan didirikannya NU.

Sumber NU online dan Nukhittah 26

NU bukan Organisasi Politik





Pada tanggal 17 Februari nanti Banyumas ada hajatan besar yaitu pemilihan bupati, sadar atau tidak warga NU terpecah dikarenakan beda pasangan calon yang mereka dukung tenyata kegalauan ini tidak hanya di rasakan saya. Ternyata di Banyumas berdiri " Forum Komunitas Galau Muda Nahdlatul Ulama " ( FKGMNU ).

Seperti yang dilansir dalam surat kabar Radar Banyumas edisi sabtu 9 Februari 2013, koordinator FKGMNU Banyumas Mahbub Wibowo menyatakan surat terbuka tersebut dilatar belakangi oleh kegalauan generasi NU atas keprihatinan terhadap NU yang mengalami perpecahan gara-gara Pilkada 2013-2018. Surat tersebut mereka kirimkan setelah membaca sejumlah media masa, dimana ada dukungan yang diberikan kepada paslon. " Warga NU sudah diombang-ambingkan, mendekati pilkada banyumas. NU bermain diranah politik praktis ".jelas Mahbub.

Dia dan Rekannya berharap agar petinggi NU dapat benar-benar kembali dan memperjuangkan NU sebagai Organisasi kemasyarakatan, kebangsaan, dan keumatan. pasalnya sudah jelas, NU BUKAN ORGANISASI POLITIK.

Berikut saya lampirkan pernyataan dan hasil rekomendasi Muktamar NU yang menolak NU dijadikan Organisasi politik :

Nahdlatul Ulama pada awal didirikannya, dimaksudkan menjadi gerakan sosial keagamaan yang memberi perhatian terhadap masyarakat kecil dan kemandirian Pesantren. Khittah Nahdlatul Ulama yang kembali diteguhkan pada Muktamar Nahdlatul Ulama ke-27 di Situbondo, sebagai gerakan sosial keagamaan, akhir-akhir ini mengalami penumpulan dan pendangkalan gerak dan moral, sehingga peran Nahdlatul Ulama menjadi kurang berarti di level akar rumput masyarakat Nahdlatul Ulama sendiri dan di tengah kebangsaan Indonesia.

Faktanya, mulai terjadi sisnisme terhadap Nahdlatul Ulama, justru oleh para warga Nahdlatul Ulama yang disebabkan oleh elit-elit dan organisasi Nahdlatul Ulama yang tidak mengurusi masalah-masalah riil masyarakat, dan cenderung berfungsi untuk meraih jabatan politik kekuasaan yang sesaat. Mempertimbangkan bahwa Nahdlatul Ulama sebagai kebangkitan para ulama di dalam masyarakat dan kebangsaan Indonesia, maka kebangkitan yang dipelopori ulama perlu menampakkan watak: keulamaan yang konsen dengan masyarakat dan rakyat bawah; dan konsen terhadap masalah-masalah kebangsaan; bukan membawa Nahdlatul Ulama ke kancah politik praktis. Peran ini penting, karena tantangan globalisasi dan fundanmentalisme islam dari kelompok-kelompok tertentu menambah gerak organisasi ulama yang bernama Nahdlatul Ulama semakin limbung.
Dalam situasi tantangan yang demikian, kondisi kepemimpinan gerakan dan kebangkitan ulama, yang ada di Nahdlatul Ulama saat ini cenderung terjadi dualisme antara kepemimpinan syuriyah dan tanfidziyah, di samping diseret-seret ke dalam politik praktis. Syuriyah yang dalam aturannya sebagai pemimpin tertinggi di Nahdlatul Ulama, ternyata dalam praktiknya tidak demikian. Hal ini tampak dalam pernyataan-pernyatan Rais ‘Am syuriyah Nahdlatul Ulama akhir-akhir ini, yang merasa nasehat dan pernyataannya tidak digubris oleh otoritas tanfidziyah, termasuk ketika merespon soal pendulum Nahdlatul Ulama yang tergerus oleh praktik-praktik politik praktis. Dualisme itu juga menunjukkan lemahnya Rais Am dalam mengawal khittah Nahdlatul Ulama.
Berkaitan dengan hal itu, halaqah nasional warga Nahdlatul Ulama dengan tema “Menyongsong Muktamar Nahdlatul Ulama ke-32, Menata Masa Depan Nahdlatul Ulama” di PP. Khatulistiwa, Kempek, Cirebon, merekomendasikan:
1. Tentang masalah-masalah Nahdlatul Ulama dan kebangsaan
  • Nahdlatul Ulama perlu meneguhkan kembali untuk khidhmah di jalur gerakan sosial keagamaan sebagai ruh gerakan yang dirumuskan dalam khittah Nahdlatul Ulama, serta menolak Nahdlatul Ulama difungsikan untuk meraih jabatan-jabatan kekuasaan dan politik praktis.
  • Perlunya Nahdlatul Ulama konsen dan komitmen terhadap masalah-masalah kerakyatan yang riil di masyakat, mulai persoalan pertanian, ekonomi, kebudayan, perburuhan, dan sejenisnya.
2. Tentang Kepemimpinan Nahdlatul Ulama
  • Perlunya Nahdlatul Ulama, digerakkan oleh kepemimpinan yang berkarakter dan tegas dalam menegakkan khittah Nahdlatul Ulama dan supremasi syuriyah.
  • Dualisme kepemimpinan Nahdlatul Ulama akan terus terjadi manakala tanfidizyah dan syuriyah dipilih langsung oleh muktamirin. Muktamirin sebaiknya hanya memilih langsung Rais ‘Am Syuriyah (dan dewan kolektif Syuriyah), dan ketua tanfidziyah atas usulan muktamirin, dipilih oleh dewan kolektif syuriyah.
  • Kriteria Rais ‘Am Syuriyah yang diusulkan: tidak merangkap di organisasi lain; anggota Nahdlatul Ulama; menandatangani kontrak jam’iyah dihadapan muktamirin untuk memperjuangkan dan meneguhkan khittah Nahdlatul Ulama dan tidak akan terlibat di dalam politik praktis; dan mengetahui ilmu-ilmu pesantren, wara’, dan aliman di dalam masalah-masalah kemanusiaan dan akhirat.
3. Tentang Muktamar NU di Makassar
  • Muktamar Nahdlatul Ulama di Makassar jangan dikotori dengan praktik money politics yang justru akan merusak sendi-sendi moral Nahdlatul Ulama.
  • Warga Nahdlatul Ulama dimohon untuk segera melakukan penjaringan nama-nama yang mempunyai kredibilitas dan tidak memiliki rekam jejak yang buruk untuk memimpin Nahdlatul Ulama di masa yang akan datang.
Cirebon, 7 Agustus 2009
Di PP Khatulistiwa kempek Cirebon Jawa Barat
An. peserta Halaqah Warga Nahdlatul Ulama:
[Dr. Rumadi (Jepara), Dr. Abd. Moqsith Ghazali (Jakarta), Nur Khalik Ridwan (DIY), Imdadun Rahmat (Jakarta), Yusuf Tanthawi (NTB), KH. Maman Imanul Haq (Majalengka), Dodo Widarda, MA. (Sumedang), Nuruzzaman (Cirebon), Nuruzaman Amin (Nganjuk, Jatim), Wari (Subang), dan lain-lain.]

Sumber NU online dan Nukhittah 26

Minggu, 10 Februari 2013

Ikut Pengajian Simtudurror

Ikut Pengajian Simtudurror

Setelah pagi sampai siang Ziarah Makam para Auliya disekitar kecamatan Kedungbanteng, pada malam harinya IPNU Ranting Beji II ikut dalam Pengajian Simtudurror di Pendopo Si Panji. Yang dipimpin oleh Habib Agil dari sokaraja, dan menghadirkan pembicara dari jakarta yaitu Habib Syafiq dan Habib Ahmad Muhammad. Dalam kesempatan ini penulis mengambil inti dari ceramah beliau-beliau :

Dari Habib Ahmad Muhammad


Pada kesempatan ini Habib Ahmad memberikan tausyiah, beliau menceritakan ke unggulan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah Nabinya para Nabi, didalam AL Qur'an Alloh berfirman : ( kurang lebih )
" Di suatu waktu para ciptaan Alloh SWT dikumpulkan oleh Alloh SWT untuk diambil sumpahnya mengakui Rosululloh, dan diberi wasiat dan hikmah "

Para Nabi diberi wasiat dan hikmah, hikmah disini ditafsirkan sebagai mukjizat.
  • Nabi Dawud A.S.
Nabi Dawud A.S. diberi wasiat berupa Kitab Zabur
  • Nabi Musa A.S.
Nabi Musa A.S. diberi wasiat berupa Kitab Taurot dan diberi mukizat mempunyai tongkat yang bisa membelah lautan
  • Nabi Isa A.S.
Nabi Isa A.S. diberi wasiat berupa Kitab Injil dan diberi mukjizat bisa menghidupkan Orang yang sudah meninggal

Dan Alloh berpesan jika telah datang utusan ku Dia akan menyempurnakan apa-apa yang telah engkau ajarkan kepada umat manusia dan engkau wajib mengikutinya, mengimaninya, dan melindunginya. Jika Engkau menjumpai utusan KU.
Yang dimaksud Utusan disini adalah Nabi Muhammad SAW.

Ada sebuah riwayat :
Saking inginnya Nabi Musa A.S. bertemu dengan Nabi Muhammad SAW beliau meminta untuk diutus bersama dengan Nabi Muhammad SAW. Dan permintaan itu ditolak oleh Alloh SWT.

Nabi Khidir A.S juga demikian saking cinta NYA kepada Nabi Muhammad SAW berdoa kepada Alloh SWT dan doa NYA di ijabah oleh Alloh SWT, Usia Nabi Khidir A.S. dipanjangkan oleh Alloh Sehingga Nabi Khidir A.S. bisa bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Alloh sebagai Nabi, ketika itu juga Nabi Khidir A.S. mengucap dua kalimat Syahadat didepan Nabi Muhammad SAW. Jadi yang pertama kali masuk islam adalah Nabiyulloh Khidir A.S.

Dan seperti kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penyempurna para Nabi serta penutup para Nabi setelah beliau tidak ada Nabi lagi.
Beruntunglah Kita sebagai Umat Beliau, mari kita tunjukan rasa cinta kita kepada Beliau dengan menghidupkan sunah-sunah Beliau.

Dari Habib Syafiq


Tausyiah Habib Syafiq tidak beda jauh dengan tausyiah Habib Ahmad beliau menceritakan keunggulan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi lainnya. Ada 4 pokok keunggulan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi lainnya, diantaranya :
  • Dari Segi Fisik
Dari segi fisik Beliau sangat lah tampan, banyak riwayat yang menyatakan ketampanan Nabi Yusuf A.S. sampai ketika ada yang melihat lupa akan apa yang dikerjakan seperti halnya seorang wanita yang sedang memotong sayur sampai lupa tangannya yang terpotong. Padahal jika di ibarat kan semua ketampanan didunia ini dikumpul kan jadi 1, katakan lah 100% yang 50% adalah milik Nabi Muhammad SAW, 25% milik Nabi Yusuf A.S., dan 25% dibagi-bagi seluruh makhluq di dunia.
Bedanya ketampanan antara Nabi Yusuf A.S. dan Nabi Muhammad SAW adalah Ketampanan Nabi Muhammad SAW disertai dengan Kewibawaan jadi para sahabat tidak berani langsung menatap wajah Baginda Nabi Muhammad SAW, ketika Nabi menoleh ke kanan para sahabat sebelah kiri bisa menatap dan ketika Nabi menoleh kekiri,yang kiri menunduk dan sebelah kanan bisa menatap beliau. Dan masih Banyak lagi keunggulan dan kesempurnaan fisik Nabi Muhammad SAW.
  • Ahlaq Nabi Muhammad Melebihi Nabi-Nabi Lainnya
Ada sebuah riwayat yang menceritakan ketika perang badar pasukan muslim hanya 313 orang dan pasukan kafir sampai ribuan. Dan ada sahabat meminta agar Nabi Berdoa supaya pasukan Kafir di binasakan tapi Nabi menolak dan berdoa " Berikanlah mereka hidayah karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan ". Itu lah ahlaq Nabi Muhammad SAW, coba kita kilas balik.
ketika Kaum Nabi Nuh A.S. di binasakan dengan adanya Banjir besar.
Kaum Nabi Musa A.S. dibinasakan ketika mengejar rombongan Nabi Musa A.S. dan masih banyak lagi.
  • Kadar keilmuan Nabi Muhammad SAW lebih dari Nabi lainnya
Ada sebuah riwayat " Nabi Adalah Kota Ilmu dan Sayidina Ali K.W. adalah gerbangnya ", pada zaman Kholifah Sayidina Ali K.W. ada beberapa pendeta yang menguji kecerdasan Sayidina Ali K.W. untuk memastikan bahwa yang tercantum dalam kitab taurot " Pengikut Rosululloh sangatlah cerdas " untuk menguji kebenarannya para pendeta menguji kecerdasan Sayidina Ali K.W. jika Sayidina Ali bisa menjawab semua pertanyaannya maka para pendeta akan masuk Islam.

Pendeta : Sebutkan makhluk Alloh yang diciptakan tanpa orang tua ?

Sayidina Ali K.W. :
-Tongkatnya Nabi Musa yang berubah jadi ular
-Malaikat Alloh
-Nabi Adam A.S.

Pendeta : Berapa Jarak antara Barat dan Timu ? ( sambil bergumam pasti tidak bisa menjawab )

Sayidina Ali K.W. : Satu hari matahari melintasinya

Pendeta : Dataran mana yang hanya satu kali terkena cahaya dan sampai kiamat tidak terkena cahaya lagi ? ( sambil bergumam pasti tidak bisa menjawab )

Sayidina Ali K.W. : Dataran yang dilewati Nabi Musa A.S.saat dikejar oleh pasukan raja fir'aun, ketika itu lautan terbelah dan Rombongan Nabi Musa A.S. melewatinya setelah sampai ditepi pantai lain. Tongkat Nabi Musa A.S. dipukulkan lalu laut kembali seperti semula dan menenggelamkan pasukan raja fir'aun. itu lah dataran yang sekali terkena sinar matahari.

Pendeta : Bilangan berapa yang jika dibagi hasilnya tidak ada komanya ?

Sayidina Ali K.W. : dalam sehari ada berapa jam ?

Pendeta : 24 jam

Sayidina Ali K.W : dalam sebulan ada berapa hari ?

pendeta : 30 hari

Sayidina Ali K.W : Dalam setahun ada berapa bulan ?

Pendeta : 12 bulan

Sayidina Ali K.W : itulah bilangan yg dibagi tidak ada komanya

Itu lah kecerdasan Sayidina Ali K.W. yang di isaratkan dengan gerbang ilmu, Apa lagi kecerdasan Nabi Muhammad SAW bagai lautan tanpa tepi.
  • Dari Segi Kedermawanan
Pernah diriwayatkan ketika pasukan muslim memenangkan peperangan dan memilliki harta rampasan berupa dataran yang sangat luas dengan ratusan ekor domba, ketika itu ada fakir miskin meminta domba dengan harapan akan diberi satu atau dua domba.
Ya Rosululloh berilah aku sedikit atas apa yang Alloh berikan kepada Mu,

Liat lah dataran itu dan semua domba"nya, ambil lah dan jangan engkau sisakan kepada Ku,.
Begitu dermawannya beliau.

Sebelum ditutup dengan doa oleh Habib Syafiq, beliau berpesan supaya mari belajar menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Untuk menunjukan rasa kecintaan kita kepada beliau.


Tabaruk dengan HABAIB

Tabaruk dengan HABAIB

Tabaruk dengan HABAIB


Semoga kita senantiasa menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW, Aamiin....

ZIARAH MAKAM

ZIARAH MAKAM

Setelah malam Hari mengadakan khataman IPNU IPPNU Ranting Beji II melaksanakan Ziarah Makam dengan mengharap barokah dari para Auliya Alloh, Rekan dan Rekanita dengan Khidmat mengikuti ziarah. Adapun Makam yang dikunjungi adalah :
  • Mbah Kyai Mukmin di Beji
  • Syekh Mahdum Wali di Karang lewas
  • Syekh Ahmad Muhammad / Dalem Santri di Kutaliman
  • Mbah Kyai Masruri di Kebumen
Suasana di Makam

suasana khidmat di makam Mbah Mukmin

suasana khidmat di makam Mbah Mukmin

Membersikan makam Saudara

Makam Mbah Mukmin dan Nyai Mukmin

Di Makam Syekh Mahdum Wali

Membersihkan Makan Saudara

Di Makam Syekh Mahdum Wali



Membersihkan Makam Saudara



Di Makam Syekh Ahmad Muhammad


Syekh Ahmad Muhammad / Dalem Santri

Syekh Ahmad Muhammad / Dalem Santri

Syekh Ahmad Muhammad / Dalem Santri


Didepan Makam Kyai Masruri


Istirahat menunggu Adzan Dzuhur

Semoga Kegiatan Ziarah Makam ini tetap Istiqomah dilaksanakan dan memdapat keutamaan dari Ziarah

Aamin....

Khataman Al Barjanzi

Khataman Al Barjanzi

Alhamdulillah IPNU IPPNU Ranting Beji II telah melaksanakan Maulid secara keliling mushola-mushola dan tanggal 9 februari 2013 melaksanakan khotaman di Masjid Baitul Mukmin Beji. Walau pun waktu itu ada pemadaman dari PLN tapi antusias rekan dan rekanita tetap ada terbukti banyak yang menghadari acara tersebut. Acara seperti biasa di awali dengan kirim doa kepada ahli kubur. Dilanjut dengan pembacaan maulid Al Barjanzi. Alhamdulillah saat pembukaan lampu menyala menambah khidmat suasana.

Suasana Rekan dan Rekanita

bersenandung sholawat

bersenandung sholawat

mendengarkan secara khidmat

suasana Sakral

suasana Sakral

suasana Sakral


Smoga dengan memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad SAW kita smua diakui menjadi umatnya dan mendapat Syafa'at dari Beliau Di yaumil akhir. Aamiin....

Reor Jamiyah

REOR JAMIYAH NU RANTING BEJI II

Tanggal 8 februari 2013 diadakannya reor Jamiyah NU ranting Beji II, hujan turun lebat mengiringi jalannya Reor. Dari 200 undangan yang menghadiri acara hanya 40 orang, tapi tidak mengurungkan niat untuk menjalani Reor. Jam sudah menujukan jam 22.00 acara dimulai dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Bapak Sodikin.

Lalu acara selanjutnya sambutan, sambutan disampaikan oleh Ketua Jamiyah NU yaitu H. Karso Diharjo dilanjut dengan pembacaan LPJ. Setelah pembacaan LPJ dan diterima oleh peserta yang hadir acara sepenuhnya diserahkan kepada MWC Kedungbanteng. Ketua Jamiyah NU di dimisioner kepengurusan sementara di pegang langsung oleh MWC Kedungbanteng. Pembacaan tata tertib pemilihan ketua, lalu tahap penjaringan. Dan yang masuk tahap pencalonan adalah sebagai berikut :

ROIS
  • Kyai Akhsan Sokhibi
  • Bapak Muhammad Muslih Masrur
Tanfidiyah
  • Bapak A. Sodikin
  • H. Sekhun
  • H. Karso Diharjo
  • Abdul Kahar
Dinamika pun muncul dari sekian calon banyak yang mengundurkan diri karena merasa tidak sanggup memimpin, ada pun yang mengundurkan diri adalah :
  • Bapak Muhammad Muslih Masrur
  • H. Sekhun
  • H. Karso Diharjo
  • Abdul Kahar
Dari semua calon hanya 2 orang yang masih bertahan dari Rois Kyai Akhsan Sohibi dan dari Tanfidiyah Bapak A. Sodikin. Jadi diputuskan secara Aklamasi dan mufakat yang menjadi ketua Jamiyah adalah Bapak sodikin dan ROIS Kyai Akhsan Sohibi.

Semoga NU di Beji II makin solid dan maju..

Kamis, 07 Februari 2013

MAHA GURU



GURU belahan jiwa . . .
Kekasih yang sempurna . . .
Akhlak MU mempesona . . .
Duhai bulan purnama . . .

Bunga-bunga bersemi diatas tanah suci
Mekar Indah Mewangi
Cinta MU kan abadi

Keseluruh penjuru . . .
Kau tegakan Agama
jagat Raya Gempita . . .
Menyambut Akhlak Mulia

Kunyanyikan Lagu MU
Dengan senandung Rindu
kekasih yang ditunggu
Wahai kau "MAHA GURU"

Berlimpahnya cinta MU
Mulianya ajaran MU
Tumbuh subur di qalbu
jantung, darah nadiku

Guru jalan hidupku
hingga akhir hayatku
Ku ikut agama MU
Jangan tinggalkan aku

Maju bangkitlah jiwa
Hati penuhi cinta

Janganlah kau tergoda . . .
Oleh surga dunia
Karena tujuan kita . . .
Hanya Dia semata

Wahai para perindu
tetapkanlah langkah MU
Menuju sang petunjuk
Jalan Lautan Biru

Tuk Menggapai Fitrah MU
Makna Kesucian MU

Manfaat Dzikir

Manfaat Dzikir

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan guna mencari hamba ahli berzikir. Jika mereka mendapati kaum yang selalu berzikir kepada Allah SWT, mereka menyerunya, `Serukanlah kebutuhan kalian.' Kemudian mereka membawanya dengan sayap-sayapnya ke atas langit bumi. Lalu mereka ditanya oleh Rabb-nya (Dia Maha Mengetahui), `Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?' Para malaikat menjawab, `Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau.' Allah berfirman, `Apakah mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab, `Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.' Allah berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihat Aku?' Para malaikat berkata,
 
`Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau.' Allah SWT berfirman, `Apa yang mereka minta?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon surga kepada-Mu.' Allah berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya.' Allah SWT berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya.' Allah SWT berfirman, `Pada apa mereka memohon perlindungan?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu.' Allah SWT berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut.' Allah SWT berfirman, `Kalian Aku jadikan saksi bahwa
 
Aku telah mengampuni mereka.'
Salah seorang dari malaikat itu berkata, `Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan.' Allah SWT berfirman, `Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka.'"

SYARIAT, THARIQAT DAN HAKEKAT

SYARIAT, THARIQAT DAN HAKEKAT

Syariat itu bagaikan perahu
Thariqat bagaikan lautan
Hakikat itu mutiara yang sangat mahal harganya

Begitulah secuplik syair dari Syaikh Zainuddin Al Malabari ( kalau keliru mohon dikoreksi, kalau ada data yang lebih akurat boleh dong di share :-) ), yang membicarakan bahwa syariat, thariqat, dan hakekat bukanlah hal yang terpisah-pisah. Perahu, laut dan mutiara adalah sebuah jalinan yang tak terpisahkan. Perahu tanpa lautan tiadalah berguna. Lautan tanpa mutiara hanyalah air yang bergelora. Nilai semuanya adalah mutiara yang mahal harganya. Untuk memperoleh mutiara seorang harus naik perahu ke tengah laut dan menyelam ke dasarnya. Itulah tasawuf.

Tasawuf adalah pengamalan syariat dengan berthariqat sampai kemudian memperoleh hakikat. Karena, syariat tanpa hakikat adalah kosong, hakikat tanpa syariat adalah batal. Pelaksanaan dalam bentuk amal dan ibadah adalah thariqat. Dengan thariqat, ibadah itu ada ilmunya, menggunakan metode sehingga ibadah itu tidak asal ibadah. Dengan berthariqat, ibadah menjadi lebih tertata. Kemudian dalam berthariqat ada metode latihan ruhaniah dengan dibimbing oleh seorang guru ruhani. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai hakikatnya ibadah. Hakekat ibadah adalah ihsan. Ihsan itu ma'rifat kepada Allah. Secara sederhana dikatakan, beribadah seakan-akan berbicara langsung atau melihat Allah. Ihsan itu hadirnya hati kepada Allah semata.

Habib Lutfi Mengaku Kalah 3-0 dengan Walisongo

Habib Lutfi Mengaku Kalah 3-0 dengan Walisongo


Rais Aam Jam’iyyah Ahlut Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) Habib Lutfi bin Ali bin Yahya mengaku kalah 3-0 dengan para Walisongo, meskipun saat ini mereka sudah meninggal.
Kekalahan pertama, meskipun para walisongo sudah meninggal, mereka masih bisa berdakwah. Setiap orang yang berkunjung ke makamnya pasti membaca yasin, tahlil dan ibadah lainnya.

“Mereka sudah meninggal 400 tahun yang lalu, tapi di dalam kuburnya, mereka masih berdakwah,” katanya dalam penutupan Munas Jatman yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Ahad (29/6) malam. Kekalahan kedua, para wali tersebut sudah meninggal, tetapi keberadaan makam mereka yang selalu ramai dikunjungi telah menjadikan lokasi tersebut sebagai pusat perekonomian bagi masyarakat di sekitarnya. “Orang yang mati saja masih bisa memberi makan orang yang hidup,” katanya. Kekalahan ketiga, para wali tersebut telah menjadi pemersatu ummat. Di makam mereka, umat berdzikir dengan cara dan tarekatnya masing-masing dan tidak ada yang menyalahkan fihak lainnya atau menganggap dirinya paling
benar.

“Sementara itu, kita yang hidup saling mengklaim bahwa dirinya yang paling benar, padahal, cuma perbedaan cara dalam berzikir. Kita seharusnya malu. Mau ditaruh dimana muka kita dihadapan rasulullah,” kata habib yang dianggap oleh sebagian anggota masyarakat sebagai seorang wali ini.
Ditambahkannya, para wali songo yang hanya berjumlah sembilan orang ternyata mampu mengislamkan nusantara dengan metode dakwahnya yang sangat efektif. “Kita saat ini mengislamkan satu orang saja susahnya setengah mati,” ujarnya.

Keberadaan jam’iyyah tarekat menurutnya menghadapi tantangan yang tidak semakin kecil pada era modern ini. Anggota jam’iyyah tarekat harus mampu memberi keteladan bagi yang lain serta mampu menjadi perekat bagi umat dan bangsa.
“Seorang mukmin harus seperti tawon, bukan kumbang, yang mendekati bunga dan memprosesnya menjadi madu yang bermanfaat bagi pribadinya, keluarganya, masyarakat dan bangsanya,” paparnya.

BERTANYALAH PADA HATIMU

 


Kadang kala, akal kepala sudah tidak bisa lagi menemukan jawaban dari berbagai persoalan. Pusing. Buntu. Bebal. Bodoh. Banyak istilah untuk menyebutnya. Lalu kita tidak tahu harus bagaimana. Blank!

Mari kita ingat: Iqro bismirobikalladzi kholaq, kholaqol insana min alaq. Iqro warobbukal akrom. Aladzi alamal bil qolam. Alamal insana maa lam ya' lam.

Samar-samar kita menggapai kesadaran. "Bacalah dengan nama Allah yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan kebaikan Allah. Yang mengajari ilmu dengan perantaraan kalam. Mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya."

Nabi besar Muhammad Saw, bersabda, "Ada segumpal darah, apabila baik maka baiklah keseluruhannya. Apabila rusak, rusaklah semuanya. Dia adalah Qolbun (hati).

Segumpal darah mempunyai makna yang begitu besar. Dengan dia manusia diciptakan dan dinilai. Dengannya manusia dibekali. Dia disebut baitullah, rumah Allah. "Qolbul muslim baitullah", begitu kata yang sudah sering kita dengar.

Hati. Ya, segumpal darah itu menurut ilmu agama, terletak di dalam dada di bawah susu sebelah kiri. Kalau bahasa jasmani atau organ tubuh dialah jantung. Tetapi bukan itu. Ini adalah bahasa ruhani. Hati itu menjadi inti dari jantung, dia adalah kesadaran roh yang mengendalikan hidup kita, yang menurut ahli bijak bersemayam pada segumpal darah hitam di dalam jantung jasmani.

Dia adalah tempat Allah dan para malaikatnya singgah. Keagungan manusia terletak di sana. Hati. Tempat yang sangat luas. Mampu menampung apa saja yang menjadi isi dunia. Dia merupakan pintu pengetahuan rahasia.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghozali menulis sebuah hadis dari Nabi Muhammad Saw, jika saja hati manusia itu bersih dari syaithon, niscaya dia akan bisa melihat rahasia langit. Nah, itulah hati yang menjadi bahasan ilmu rohani, bukan jasmani. Hati merupakan pintu yang menghadap ke akhirat juga menghadap ke dunia. Tempat Allah menurunkan ilmu (ilham). Tempat malaikat mampir.

Jika akal yang sibuk sudah mentok, buntu, bodoh, bebal, tidak tahu. Mari...kita bersihkan hati kita dari hingar-bingar dunia. Bersihkan dari segala kotoran nafsu. Usirlah Kalbun (anjing) yang bercokol di dalamnya. Jadikan dia benar-benar bersih, sehingga layak disebut baitullah. Maqomnya malaikat ketika mampir.

Jika sudah mencapai keadaan tenang...terdengarlah seruan...irji'i ila robbiki...kembalilah kepada tuhanmu. Maka, kita tidak akan menemukan kebuntuan jalan. Karena, insya Allah, tidak ada jalan buntu di sana. Dan sudah saatnya kita dengarkan kata hati kita, sebagai jawaban dari kebuntual akal jasmani kita. Wassalam...