Halaman

Kamis, 07 Februari 2013

SYARIAT, THARIQAT DAN HAKEKAT

SYARIAT, THARIQAT DAN HAKEKAT

Syariat itu bagaikan perahu
Thariqat bagaikan lautan
Hakikat itu mutiara yang sangat mahal harganya

Begitulah secuplik syair dari Syaikh Zainuddin Al Malabari ( kalau keliru mohon dikoreksi, kalau ada data yang lebih akurat boleh dong di share :-) ), yang membicarakan bahwa syariat, thariqat, dan hakekat bukanlah hal yang terpisah-pisah. Perahu, laut dan mutiara adalah sebuah jalinan yang tak terpisahkan. Perahu tanpa lautan tiadalah berguna. Lautan tanpa mutiara hanyalah air yang bergelora. Nilai semuanya adalah mutiara yang mahal harganya. Untuk memperoleh mutiara seorang harus naik perahu ke tengah laut dan menyelam ke dasarnya. Itulah tasawuf.

Tasawuf adalah pengamalan syariat dengan berthariqat sampai kemudian memperoleh hakikat. Karena, syariat tanpa hakikat adalah kosong, hakikat tanpa syariat adalah batal. Pelaksanaan dalam bentuk amal dan ibadah adalah thariqat. Dengan thariqat, ibadah itu ada ilmunya, menggunakan metode sehingga ibadah itu tidak asal ibadah. Dengan berthariqat, ibadah menjadi lebih tertata. Kemudian dalam berthariqat ada metode latihan ruhaniah dengan dibimbing oleh seorang guru ruhani. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai hakikatnya ibadah. Hakekat ibadah adalah ihsan. Ihsan itu ma'rifat kepada Allah. Secara sederhana dikatakan, beribadah seakan-akan berbicara langsung atau melihat Allah. Ihsan itu hadirnya hati kepada Allah semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar